⚠️
.Semoga ga bingung chapter ini sambungan chapter 33, karena kalo kebanyakan flashback ceritanya tamat. Terus ini chapter terboring menurut aku, sama di ending I give you a little butterfly effect buat pemanasan.Happy reading!
▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎
"Kamu bilang obat ini bikin kita jadi cepet lupa? Seandainya benar begitu saya udah minum ini dari dulu." Lukas memasukkan pil ke dalam mulutnya. "Supaya saya juga bisa lupain kamu."Vani menatap Lukas dengan bingung. "Aku nggak paham."
"Banyak hal yang kamu nggak paham, Van."
"Kalau gitu bikin aku jadi paham."
Lukas mengangkat kedua bahunya. "Saya nggak yakin, apa harus ceritain ke kamu atau enggak."
Vani diam menunggu Lukas melanjutkan. Sementara Lukas sadar kalau gadis itu tak akan berkata apapun sampai keinginannya terpenuhi.
Salah satu sudut bibir pria itu tertarik ke atas, menatap botol kaca yang ia letakkan di atas nakas setelah tadi ia mengambil satu butir tablet dan meminumnya.
"Kalau kamu tanya ke saya, saya tau atau enggak kakak kamu pernah minum obat itu? Jawabannya, saya nggak tau." Lukas mengusap kasar wajah dengan salah satu telapak tangannya. "Saya dulu bukan suami yang baik buat kakak kamu, saya sadar. Tapi saya pernah bilang sama kamu 'kan, pada akhirnya saya berusaha berubah?"
Vani menatap lekat wajah pria di hadapannya, mencari kejujuran di sana. "Terlambat," ucap Vani dalam gumaman.
"Apa?"
"Semuanya sudah terlambat. Mbak..." Vani berdeham sesaat karena nyaris mengucapkan nama kakaknya lagi. "Buat dia usaha Kak Lukas untuk memperbaiki diri nggak ada gunanya karena dia udah capek nunggu."
Lukas menundukkan wajahnya. "Saya tau, tapi apa yang dilakukan dia ke Kana itu yang nggak bisa saya maafin."
Kini Vani mengerutkan alisnya.
"Dia boleh Van, hukum saya. Tapi jangan jadiin Kana korbannya." Mata Lukas berkilat-kilat saat berkata dan Vani tahu pria ini begitu emosi.
"Dia nggak mungkin tega nyakitin anaknya sendiri."
Lukas tertawa meremehkan. "Kamu nggak kenal seperti apa kakak kamu."
Vani membeku di tempatnya duduk.
"Sekarang saya mau tanya sama kamu, berapa kali kamu liat kakak kamu merawat Kana, menggendong dia, memeluk dia, menyusui ASI, suapin dia? Berapa kali?"
Vani bungkam hanya tatapan tanpa ekspresi yang diperlihatkan Vani pada pria itu.
Bibir Lukas tersenyum miring bola matanya ia rotasikan seakan bosan. "Saya tau kamu pasti akan jawab, nggak pernah. Saya benar, 'kan?" tanya Lukas.
Tatapan mengintimidasi yang dulu selalu Vani lihat itu kembali lagi. Dulu hanya melihatnya dari jarak yang tak terlalu dekat saja berhasil membuat Vani rasanya ingin berlari ke sudut ruangan, apalagi saat ini saat kedua netra itu menatap lekat tanpa kedip dari jarak yang tak lebih dari satu jengkal.
Vani membuang wajahnya.
"Jangan takut sama saya, Van," ucap Lukas dengan lembut seakan bisa membaca isi pikiran gadis itu. Jemarinya meraih helaian rambut yang menutupi wajah Vani. "Van..." Lukas menyentuh pipi Vani dengan punggung tangannya. "Lihat saya," titahnya.
Ucapan Lukas seperti mantra yang membuat gadis itu patuh. Ia menoleh, dengan sukarela.
"Kalau saya ceritakan bagaimana hubungan saya dan kakak kamu apa kamu nggak akan memihak?" Melihat tak ada respon dari Vani Lukas melanjutkan, "saya cuma mau kamu membuka pikiran kamu sama cerita saya. Saya nggak akan playing victim, saya tau kok saya juga salah, tapi saya mau kamu juga tau cerita dari sisi saya."
![](https://img.wattpad.com/cover/250253319-288-k965222.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Substitute [END]
Romance(Reading list cerita pilihan bulan Mei 2022 WattpadRomanceId) 18+ only Hidup berubah 180 derajat ketika kedua orang tua Vanilla Almira memintanya menjadi ibu sambung bagi keponakannya--Kana, yang usianya baru tiga setengah tahun ketika ditinggal ib...