E m p a t p u l u h t u j u h

24.4K 1.7K 30
                                        

Mengantar Kana ke sekolah menjadi alasan bagi Vani untuk bisa keluar rumah pagi itu. Meskipun harus dengan 'sogokan' yang Vani tawarkan kepada Lukas agar bisa pergi tanpa harus disupiri oleh Uus.

Karenanya, ketika jam baru menunjukkan pukul lima lewat dua puluh, Vani sudah sibuk di dapur. Dia memanggang kentang, membuat orak-arik telur mayonaise, serta menyiapkan brokoli untuk ditumis. Isah yang tak biasanya melihat Vani pagi-pagi sudah ada di dapur pun berseru senang sambil menggoda Vani dengan candaan.

"Cie...Non Vani bikin sarapan buat suami ya?"

"Bi, diem deh. Nggak usah ngeledek!"

Isah terkikik geli. "Mau saya bantuin nggak, Non?"

"Hmm.., apa ya? Itu aja Bi, saya belum gorengin sosis ayam buat Kana bawa ke sekolah sama tolong tumis brokoli pake bakso ya Bi. Brokolinya udah saya potong-potong dan cuci tadi."

"Siap Non!" Isah berseru sembari mengerjakan apa yang diminta Vani. "Tapi tumben banget ini, Non?"

"Saya lagi ada mau, biar di-acc sama kak Lukas. Tapi bibi jangan bilang-bilang ya, ini rahasia."

"Aman, Non." Isah menggunakan dua jarinya memeragakan gerakan seakan-akan sedang mengunci bibirnya membuat Vani terkikik geli melihat kelakuannya.

Keduanya sibuk menyiapkan semua sarapan, Wulan yang mondar-mandir berjalan ke dapur untuk menyiapkan kebutuhan Kana sekolah ikut memuji-muji masakan yang dipersiapkan Vani untuk sarapan juga untuk bekal yang dibawa Kana.

Tepat pukul setengah tujuh Lukas sudah turun dan duduk di kursi ruang makan, seperti pada pagi-pagi biasanya secangkir teh manis hangat sudah ada di depannya juga air putih hangat pada gelas. Isah membawa semua lauk dan makanan yang telah dimasak oleh Vani ke atas meja makan.

"Ini semua non Vani Pak yang masak," terang Isah tanpa ditanya ketika menaruh sepiring tumisan brokoli dan semangkuk kentang panggang.

Lukas yang semula sibuk mengetik pada layar ponselnya langsung menengadahkan kepalanya. "Hah, masa?"

"Iya, Pak. Dari pagi kayaknya udah ngoprek-ngoprek isi dapur."

"Tadi waktu saya tinggal di kamarnya abis solat subuh masih tidur...eh, ehm." Lukas buru-buru berdeham karena kelepasan bicara lalu menyeruput teh manis hangatnya dengan kikuk.

Isah yang sudah mendengar ucapan Lukas mengulum bibirnya menahan senyuman.

"Sekarang Vani-nya mana, Bi?" tanya Lukas mengalihkan pembicaraan.

"Tadi naik ke atas sebelum Bapak turun, katanya mau mandi."

"Oh.."

Yang sedang dicari muncul sepuluh menit kemudian bersama Kana yang sudah mengenakan seragam sekolahnya. Vani duduk di kursi yang berseberangan dengan Lukas setelah memastikan Kana duduk dengan aman.

Lukas tak melepaskan pandangan dari Vani yang ada di hadapannya, sedang berbicara dengan Kana menanyakan gadis kecil itu ingin sarapan apa, lalu mengisi piring kosong Kana dengan telur orak-arik dan kentang.

Senyum di wajah Lukas terbit melihat pemandangan manis di depannya, dua perempuan kesayangannya berkomunikasi dengan cara mereka yang terkadang Lukas merasa terkucilkan ketika keduanya berinteraksi.

"Saya nggak diambilin, Van?" goda Lukas menginterupsi.

Vani menoleh. "Kak Lukas mau sarapan pakai apa?" Vani balik bertanya dengan senyum manis di wajahnya.

"Yang menurut kamu paling enak."

"Hmm..." Vani mengetuk-ngetuk jari di atas meja makan. "Mesti banyak makan sayur!" Vani meletakkan semua lauk ke atas piring Lukas termasuk tumis brokoli yang dimasak Isah.

The Substitute [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang