L i m a p u l u h d u a

24.5K 1.8K 58
                                        

⚠️

.in case this chapter is too intimate.

Vani menghembuskan napas lemah setelah mengingat sebagian kejadian kecil di masa lalu. Dadanya terasa sesak karena menyadari kalau benda-benda yang ditemukan di brankas itu ada hubungannya dengan dirinya. Isi kepalanya berperang ingin mencari jawaban apa maksud ini semua? Apa ada hubungannnya dengan pernikahan kakak perempuannya saat itu dan perempuan yang disebut-sebut sebagai orang yang dicintai Lukas adalah...

"Aku?" Vani bergumam.

"Aku undang perempuan itu ke rumah, aku hadirkan dia setiap saat di depan wajah Lukas, supaya dia tau gimana rasanya bisa melihat tapi nggak bisa memiliki. Dia pasti menderita saat itu."

Vani teringat perkataan Fela padanya saat itu, dan kalau dipikirkan selama ini Vani memang tak pernah tahu kalau Fela mengundang tamu ke rumahnya, tapi siapa yang sangka kalau tamu perempuan yang dimaksud kakaknya adalah Vani sendiri.

Vani mengusap kasar wajahnya dia ingin berteriak tapi sadar tak mungkin mengeluarkan suara di sana.

"Kamu ngapain Van, di sini?"

Suara Lukas mengejutkan Vani yang merasa tertangkap basah, tapi lebih terkejut lagi Lukas ketika melihat brankas miliknya terbuka, terlebih lagi kamera digital miliknya ada di tangan Vani sekarang. Matanya membulat, rahangnya ikut mengeras karena hal yang paling Lukas hindari akhirnya terbongkar.

"Ini apa?" tanya Vani.

Lukas membisu.

"Aku ulang pertanyaannya." Vani menghela napas lalu ia hembuskan perlahan. "Kak Lukas, bisa jelasin ke aku nggak ini apa maksudnya?"

Pertanyaan itu terasa seperti basa-basi bagi Vani, karena otak cerdasnya sudah bisa mengira. Namun rasanya kurang lengkap jika tak mendengar pengakuan langsung dari suaminya yang masih tak bersuara itu.

"Kenapa diem? Dijawab Kak, ini apa?"

Lukas membuang wajahnya, satu tangannya terangkat menunjuk pintu. "Ayo keluar!" ajaknya.

"Enggak! Jawab dulu, ini apa?"

Vani begitu keras kepala, karena tekatnya untuk mengetahui segala hal membuatnya tak ragu untuk bertahan di sana. Lagi pula, dia istri Lukas 'kan? Dan sudah sepantasnya dia tahu segala hal tentang suaminya apalagi jika itu menyangkut dirinya.

"Saya nggak mau berdebat sama kamu."

Vani tertawa tertahan karena ucapan Lukas. "Aku juga nggak mau berdebat sama Kak Lukas, aku cuma mau tau, ini apa? Dan kenapa ada foto aku di sini?"

"Nggak semua hal kamu harus tau."

"Ya tapi ini foto aku! Dan ini juga!" Dengan tak sabaran Vani mengambil bungkus permen bekas dari dalam brankas. "Buat apa nyimpen beginian? Mau melet?"

Lukas memijit keningnya lalu duduk di pinggir kasur. "Sini duduk!" titahnya sembari menepuk-nepuk atas kasur.

"Nggak mau!"

"Vani." Suara Lukas begitu dalam, ia juga menatap tajam ke arah Vani membuat istrinya itu yang semula menantang dengan pandangan garang harus terpaksa menurunkan pandangan karena enggan menatap lama. "Duduk sini!" ulang Lukas. "Apa mau saya suruh kamu duduk di atas paha saya?"

"Ih, mesum! Enggak mau!" tolak Vani.

Lukas mengulum bibirnya menahan senyuman melihat reaksi istrinya itu.

Merajuk seperti anak kecil, Vani menghentak-hentakkan kakinya ke lantai saat berjalan ke arah pria itu lalu duduk di sebelahnya. Kedua tangan Vani lipat di bawah dada sambil wajahnya menoleh ke arah lain tak ingin bertemu mata dengan Lukas.

The Substitute [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang