E n a m p u l u h s a t u

21.8K 1.5K 23
                                    

⚠️
.warning.
.For violent scene, and harsh word(s).

------------------------------------------


"Mbak Fela, berhenti! titah Vani.

Fela menoleh. "Mbak udah bilang, jangan ikut campur!"

"Tolong, Mbak," pinta Vani.

Fela menghembuskan napas kasar. "Seharusnya pacar kamu yang tolol itu nggak mutusin kamu, jadinya kamu nggak akan ikutan bodoh kayak gini."

Dahi Vani kini berkerut.

"Bingung?" tanya Fela. "Van...Van, entah kamu ini beneran bodoh atau cuma polos."

Fela tersenyum menyeringai sembari memainkan pisau sakunya seakan-akan benda itu hanya mainan, tapi mata Vani tak lepas memandang awas pada gerak-gerik kakaknya, salah-salah dirinya yang terluka.

"Jun itu...gimana bilangnya ya? Hmm.., " Fela berpura-pura berpikir sambil menggaruk dahinya dengan ujung mata pisau. "Intinya pernikahan kamu sama Lukas memang harus terjadi, dan tugas Jun itu cuma satu, memastikan kalian tetap pacaran dan membuat kamu semakin benci sama Lukas, kalau kamu benci, akan semakin mudah narik kamu ada di pihak kita Vani," urai Fela lalu berjalan mendekati Vani sembari melanjutkan, "tapi si goblok itu malah tunangan sama sepupunya Lukas yang sok cantik itu dan mutusin kamu, bikin rencana aku sama Tedy buat bikin Lukas bangkrut gagal." Fela membuang wajah kesal.

Vani terdiam hanya mendengar ocehan kakaknya.

"Kalau kamu ada di pihak aku sama Tedy, Lukas nggak akan pernah bisa ngambil lagi asetnya yang udah diubah kepemilikan namanya ke kamu, tinggal dijual terus kita makin kaya, Van." Fela menghela napas dalam. "Tapi, kalau dipikir-pikir nggak salah Jun juga sih kalau bapaknya sakit-sakitan, terus bisnisnya sedang nggak bagus. Ah, susah kalau orang orientasinya cuma duit, pernikahan aja dijadiin cuan," sindir Fela. "Tau 'kan, alasan Jun mau tunangan sama Alya itu cuma buat bantuin perusahaan bapaknya yang lagi nggak untung?Apa jangan-jangan kamu nggak tau lagi."

Vani memang tidak tahu apa-apa, dan rasanya sudah terlambat jika harus menyesali semua, karena masa itu sudah lewat. Masa di mana Vani menangisi Jun yang tiba-tiba memutuskan hubungan dengannya. Namun, tetap saja ada cairan bening yang menumpuk di mata Vani dan kini membuat pandangannya buram. Karena di dalam kepalanya dia sedang berpikir, mengapa semua berkhianat, bahkan Jun orang terakhir yang ia sangka tak ada keterlibatan dengan masalah antara Lukas dan kakaknya itu juga ikut terlibat.

"Jun nggak mungkin kayak gitu, Mbak." Vani membantah. "Dia nggak mungkin sekongkol sama kalian, dia..." Vani menggigit bibirnya.

Fela menghembuskan napas dengan kasar. "Terserah kalau kamu mau nggak percaya sama omongan mbak!" Dia menatap wajah Vani dengan malas lalu melanjutkan, "bisa nggak sih jangan jadi cewek cengeng sehari? Dikit-dikit nangis," ejek Fela.

Vani mengusap matanya agar air mata tak jatuh ke pipi. Ia mengangguk mencoba menanggapi ucapan Fela.

"Nggak, aku nggak cengeng kayak dulu, makanya sekarang aku di sini mau cegah apapun rencana Mbak Fela untuk nyakitin keluarga aku. Mbak Fela juga keluarga aku, jadi aku mohon berhenti, stop, dan jangan bertindak terlalu jauh," pinta Vani.

"Nggak usah sok tua dan nasehatin mbak ya kamu!"

Vani menggeleng. "Aku nggak nasehatin Mbak Fela, aku justru memohon sama Mbak Fela, kasian mama sama papa, Mbak."

"Cih!" Fela membuang pandangan sembari memutar kedua bola matanya. "Mereka peduli apa sama aku?"

"Mereka peduli Mbak, makanya Mbak Fela pulang, minta maaf sama mama dan papa. Aku yakin pintu rumah mereka nggak akan pernah tertutup buat Mbak."

The Substitute [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang