E m p a t p u l u h d u a

24.5K 1.8K 46
                                    

"Masih nangis nggak Mbak, Kana-nya?"

Vani memandang layar enam inchi ponselnya, melihat wajah Wulan pada layar.

"Masih, Non," jawab Wulan.

"Kana ini aunty, jangan nangis lagi ya? Kana di rumah dulu sama mbak Wulan, ya?" bujuk Vani.

Kemudian Vani bisa mendengar pengasuh keponakannya itu berusaha membujuk Kana agar mau berbicara di depan layar ponsel.

"Non Kana, tuh aunty-nya di telepon. Nih liat ada muka aunty. Bilang sama aunty coba, hati-hati naik pesawatnya aunty sama ayah, nanti pulangnya oleh-olehin Kana dedek bayi ya? Gitu, ayo coba bilang," bujuk Wulan.

Vani mendengkus. "Mbak Wulan..." gerutunya.

Sementara Lukas terkekeh di tempatnya duduk sambil mendengarkan ocehan pengasuh anaknya dari pengeras suara ponsel Vani.

"Nggak apa-apa Mbak Wulan, kalau Kana nggak mau ngomong jangan dipaksa kasian, biarin aja."

"Iya Non. Non Vani sama bapak hati-hati ya."

"Terima kasih." Lukas menjawab pelan.

"Iya, titip Kana ya Mbak, Makasih," kata Vani. "Kana...aunty pergi dulu ya, jangan nakal ya, Sayang?"

"Iya Aunty, jawab gitu dong Non Kana," pinta Wulan tapi Kana masih terus merajuk menutup wajahnya dengan boneka tak ingin menoleh.

"Nggak apa-apa, Mbak. Saya tutup ya teleponnya?"

"Iya, Non."

Panggilan telepon dimatikan oleh keduanya.

Vani melirik ke arah Lukas yang sedari tadi tersenyum-senyum sendiri padahal matanya tak lepas menatap layar tablet.

"Kenapa senyum-senyum sendiri? Anaknya 'tuh ngambek," gerutu Vani.

"Ngambeknya 'kan sama aunty-nya bukan sama ayahnya."

"Ya, iya sih. Habis gimana, Kana udah terbiasa ditinggal pergi ayahnya."

Lukas mengubah mode tablet menjadi flight mode. Lalu memberikannya ke Vani agar dimasukkan ke dalam tas tangan gadis itu. "Nitip," katanya.

Atensi Lukas berikan ke Vani sepenuhnya untuk mendengarkan ocehan gadisnya.

"Memangnya Kak Lukas nggak kasian sama Kana? Dia 'kan jarang ke mana-mana."

"Siapa bilang? Dia lebih sering jalan-jalan dibandingin saya. Eyang-nya 'tuh hobi ajak dia jalan-jalan."

"Pantesan, Kana kayaknya udah biasa kalau sama mama Gandes." Vani membandingkan perbedaan sikap Kana ketika berhadapan dengan Gandes dan kepada Ranty di dalam ingatannya. "Tapi..." Vani ingin melanjutkan.

"Kenapa?"

"Memangnya Kak Lukas nggak mau lebih banyak quality time sama Kana?"

"Saya maunya lebih banyak quality time sama aunty-nya," canda Lukas sembari terkikik geli.

"Astaga..." Vani menghela napas dalam sebelum melanjutkan, "aku serius lho, ini."

Lukas menatap wajah Vani dengan serius. Dia melipat kedua tangan ke atas perutnya sembari bergumam pelan, "Jadi, kamu maunya saya harus gimana?"

"Ini bukan maunya aku ya Kak, aku hanya kasih pendapat pribadi."

"Oke."

"Sebagai anak perempuan, sejak kecil aku merasa paling aman kalau di dekat papa. Aku bisa liat gimana senengnya Kana kalau Kak Lukas ada di rumah dan pulang kantor lebih cepat dari biasanya."

The Substitute [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang