"I like orange!" seru Kana ketika melihat gambar buah jeruk di dalam buku bergambar yang sedang dibacanya bersama Vani di kamar.
"You do?" tanya Vani mengimbangi keponakannya yang baru mempelajari kosa kata bahasa Inggris di sekolah. "And then, what else? Do you like another fruit?"
"I like... apple." Kana menjawab dengan ragu.
"I like apple too."
Di tengah keseruan percakapan ringan antara keponakan dan tante-nya itu, pintu kamar Vani diketuk dari luar.
"Non..." Suara Isah terdengar dari baliknya.
"Masuk, Bi," sahut Vani mempersilakan asisten rumah tangga rumah itu masuk ke dalam kamar yang pintunya tidak pernah terkunci. "Kenapa, Bi?"
"Ini, Non. Tadi ada kurir sigesit anter ini buat Non Vani, kayaknya dari kampus ya Non?" terka Isah sembari menyerahkan satu amplop besar berwarna biru tua kepada Vani.
Vani mengambil amplop yang dilapisi plastik dan membaca sampulnya. "Oh, iya ini dari kampus, undangan wisuda." Vani berkata senang, terlihat dari senyuman di wajah pualamnya.
Dia membuka amplop setelah melepas pembungkus plastik, membaca isinya dan tertegun sesaat setelah melihat tanggal yang tertera di sana.
"Bi Isah," panggil Vani pada asisten rumah tangga yang masih berdiri di sana.
"Iya, Non?"
"Sekarang tanggal berapa ya, Bi?"
"Tanggal dua belas Non, kenapa?"
Vani meraih ponsel di meja belajarnya lalu membuka aplikasi kesehatan yang sengaja dia install atas anjuran teman-teman kuliahnya setelah mengetahui kalau dia telah menikah.
"Kenapa, Non?" Kini Isah terlihat khawatir.
Sambil menatap asisten rumah tangga yang usianya tidak lagi muda itu, Vani merasakan semua rasa yang tak bisa ia gambarkan di dadanya. Ada rasa takut, khawatir juga bingung.
"Non?" ulang Isah.
"Bi..."
"Iya?"
"Saya belum dapet," kata Vani singkat.
"Hah? Dapet apa Non, dapet undangan? Amplopnya kosong?"
"Bukan, saya belum dapet mens."
"Eh, ya Allah! Alhamdulillah dong, Non!" seru Isah.
"Kok Alhamdulillah sih, Bi?"
"Ya iya, itu tandanya Non Vani lagi isi."
"Isi? Hamil?"
"Ya iya, masa isi bakwan, itu mah ada di meja makan."
"ih, si Bibi!" Vani merengut karena diledek oleh wanita paruh usia itu. "Jangan ngomong gitu, belum tentu juga 'kan? Mana tau emang telat aja karena capek."
"Daripada nebak-nebak, mendingan dites Non," anjur Isah. "Punya alat tesnya nggak?"
"Alat tes apa?"
"Alat tes kehamilan, tespen."
Bahu Vani bergetar tak bisa menyembunyikan tawa setelah mendengar ucapan Isah. "Bibi, saya ini orang bukan kabel listrik, masa disuruh tes pake tespen?" Vani mengusap air mata di sudut matanya yang keluar akibat tawa. "Test pack, Bi." Vani membetulkan ucapan Isah.
"Nah, iya. Maksud bibi juga gitu, Non."
"Saya nggak punya, Bi," aku Vani.
"Ya udah sini, bibi beliin. Mumpung belum maghrib masih agak terang."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Substitute [END]
Romance(Reading list cerita pilihan bulan Mei 2022 WattpadRomanceId) 18+ only Hidup berubah 180 derajat ketika kedua orang tua Vanilla Almira memintanya menjadi ibu sambung bagi keponakannya--Kana, yang usianya baru tiga setengah tahun ketika ditinggal ib...
![The Substitute [END]](https://img.wattpad.com/cover/250253319-64-k965222.jpg)