Suara rengekan membangunkan Vani dari tidurnya. Dia menoleh untuk melihat Kana yang telah bangun dan mengubah posisinya menjadi duduk. Tangan mungil balita itu beberapa kali mengusap-usap mata dan wajahnya, membuat Vani iba dan segera memeluknya.
"Kana udah bangun, jam berapa ini?"
Vani mengambil ponsel yang ia letakkan di meja nakas. "Masih setengah lima, alarmku aja belum bunyi," gumamnya.
"Kana mau tidur lagi atau bangun?" tanya Vani.
"Mbak Wulan..." panggil Kana.
"Mbak Wulan-nya nggak ada, Kana 'kan lagi di rumah eyang."
Rengekan Kana berubah menjadi tangisan. "Mbak Wulan!" teriaknya di sela tangisan.
Vani menghela napas begitu dalam. "Sabar," gumamnya pada diri sendiri.
"Kana ikut aunty yuk, liat burung," bujuknya.
Dibawanya Kana ke dalam gendongan lalu keduanya keluar kamar menuju lantai bawah. Di bagian belakang rumah itu ada sangkar burung besar yang berisi burung kakak tua dan burung nuri, di kandang lain ada seekor iguana. Semuanya, hewan peliharaan ayah Vani yang baru dipeliharanya kurang dari satu tahun.
"Tuh liat, burungnya lagi ngapain Kana?" tanya Vani.
Kana melongo, seakan masih memproses di dalam kepalanya kenapa bisa ada objek menarik di depan matanya padahal di rumah tempat ia tinggal tidak pernah ada hewan-hewan itu.
"Tuh liat, dipanggil coba burungnya," pinta Vani seraya mengalihkan atensi balita itu.
Kana belum bereaksi, raut wajahnya berubah ketika dia mendengar burung kakak tua mengucap salam dan berkata, "Bos, ada tamu bos."
Kana menyatukan alisnya. "Kok ngomong?" tanyanya bingung sambil menunjuk-nunjuk dengan telunjuknya.
"Kana mau kasih makan burung, nggak?" tanya Vani.
Gadis kecil itu menggeleng. "Takut," ungkapnya.
"Kok takut? Kan burungnya nggak gigit."
"Pulang, Kana mau pulang," rengeknya. Lalu balita itu mulai gelisah di dalam gendongan Vani.
Vani merasa pengalihan sementara yang ia lakukan tidak berhasil karena Kana masih terus merengek lalu menangis dan memaksa minta bertemu Wulan, pengasuhnya.
"Mbak Wulan di rumah, Kana. Ini sekarang Kana lagi di rumah eyang."
"Ayah."
"Ayah semalam pulang sebentar."
"Mau ikut ayah."
"Nanti ayah dateng jemput Kana, 'kan hari ini Kana mau sekolah. Katanya mau berangkat sekolahnya diantar ayah?"
"Mau." Kana mengangguk-angguk.
"Nah, makanya nggak usah nangis, ya?"
Vani menghela napas lega ketika rengekan dan tangisan Kana berhenti.
"Eh, cucu eyang udah bangun." Suara Ranty terdengar ketika baru keluar dari kamar tidurnya. "Mau sama eyang nggak, Sayang?" Kedua telapak tangan Ranty terangkat seraya meminta agar cucunya itu mau masuk ke dalam gendongannya.
Kana membuang wajahnya, ia semakin merapatkan pelukannya pada leher Vani.
"Kok Kana gitu?" protes Vani. "Nggak boleh gitu sama eyang," nasihat Vani.
"Masih ngantuk kali dia." Ranty memaklumi.
"Nggak boleh gitu ya Kana, ini 'kan eyang, masa sama eyang begitu?" bisik Vani di telinga Kana.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Substitute [END]
Romance(Reading list cerita pilihan bulan Mei 2022 WattpadRomanceId) 18+ only Hidup berubah 180 derajat ketika kedua orang tua Vanilla Almira memintanya menjadi ibu sambung bagi keponakannya--Kana, yang usianya baru tiga setengah tahun ketika ditinggal ib...
![The Substitute [END]](https://img.wattpad.com/cover/250253319-64-k965222.jpg)