S e p u l u h

32K 2.3K 44
                                    

⚠️
.Self harm.

"Kenalin saya Alya, calon menantu keluarga ini."

Uluran tangan dari perempuan cantik itu segera disambut oleh Vani, meskipun ada tanda tanya besar di dalam benaknya. Setahu Vani, hanya Jun satu-satunya anak laki-kaki di rumah ini, atau adakah keluarga lain yang tinggal bersama mereka yang tak Vani ketahui, seperti sepupu atau sanak keluarga lainnya misalnya?

"Kok bengong?" tanya Alya. "Kenapa, kaget? atau kamu merasa terpesona sama paras cantik saya?"

Narsis dan merasa dirinya  rupawan sangat mirip dengan seseorang. Benar, sikap sok kecakepannya mirip banget sama kak Lukas. Tunggu, kenapa aku tiba-tiba jadi inget kak Lukas sih? Benak Vani.

Buru-buru Vani membuang pikiran tentang laki-laki itu lalu membalas pertanyaan perempuan di hadapannya.

"Enggak, cuma heran aja," ungkap Vani

"Heran? Heran kenapa?"

"Tadi kamu bilang, kamu calon menantu keluarga ini?" tanya Vani.

"Betul, kamu nggak salah denger kok. Kenapa memangnya?"

Buru-buru Vani menggelengkan kepalanya. "Nggak apa-apa," katanya kemudian.

Kekehan ringan yang begitu meremehkan keluar dari bibir Alya.
Alya menampilkan seringai di wajahnya. "Nanti kamu juga tau, dengan siapa saya akan menikah. Jangan kaget ya?" godanya sambil mengedipkan sebelah matanya.

Vani baru akan membuka mulutnya ketika didengarnya suara gaduh pecahan kaca dari lantai atas. Membuatnya berpikir yang tidak-tidak.

Jun, benaknya.

Tanpa menunggu dia langsung berlari menaiki anak tangga. Menyusul di belakangnya ada Alya, beberapa penjaga dan asisten rumah tangga yang ikut bergegas ke arah sumber suara.  Vani tidak familiar dengan tata letak rumah mewah ini, tapi instingnya mengatakan dia harus menuju ke salah satu kamar yang pintunya terbuka. Dan benar saja, ketika dia masuk dilihatnya Jun telah bersimbah darah di tangannya, membuat Vani mual melihatnya.

<the substitute>

Dua puluh menit sebelumnya...

Jun masuk ke dalam kamar besar yang dulu dihuni oleh kedua orang tuanya. Kini, kamar itu hanya dihuni oleh ayahnya yang saat ini terbaring lemah di atas kasur berukuran besar yang biasa disebut dengan California King Bed.

Dengan langkah pelan dan begitu meragu di dalam hati, Jun berjalan mendekati ranjang ayahnya. Ayah yang dulu pernah menjadi dunia keduanya setelah mendiang ibunya itu saat ini terlihat lebih tua dari kali terakhir Jun menatap langsung wajahnya. Keriput dan kerutan di wajahnya kini lebih jelas terlihat, serta rambutnya yang sudah mulai memutih semua.

Astrid sudah menjelaskan dengan Jun sebelumnya, kondisi ayahnya jauh lebih baik dari dua minggu yang lalu kala ayah Jun mengalami serangan jantung. Di sisi kiri ranjang besar itu tabung oksigen masih tersedia untuk berjaga-jaga.

Jun duduk di sebuah bangku yang sengaja diletakkan di dekat ranjang. Dengan perlahan dia menyentuh punggung tangan ayahnya itu. Sadar akan sentuhan, sang ayah membuka kelopak matanya.

Dengan napas yang tersenggal sang ayah memanggil nama putra bungsunya itu. "Jun," katanya.

"Iya, Pa. Ini Jun," jawab Jun.

"Akhirnya kamu pulang."

Kemudian sang ayah terbatuk, dengan sigap Jun membantu mengangkat badan ayahnya agar lebih tinggi dan mengambil segelas air yang ada di atas meja nakas kemudian dia membantu ayahnya minum.

The Substitute [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang