E n a m p u l u h

25.4K 1.7K 13
                                        

"Lukas katanya mau dateng, Van? Ini acara udah mau dimulai tapi belum keliatan juga?" tanya Ranty.

Mendengar ucapan ibunya Vani ikut celingukan mencari sang suami yang mungkin saja sudah datang.

"Macet mungkin, Ma," ucap Dhimas menanggapi ucapan istrinya.

"Ya, tapi dari bandara ke sini nggak jauh kan harusnya? Lewat tol masa macet?" Ranty mendebat suaminya yang dibalas pria berusia lima puluh tahun itu dengan menaikkan kedua bahunya.

"Mama kamu tuh, Van!" bisik Dhimas kepada putri bungsunya yang terkikik geli melihat sang ayah mencebik kesal.

"Kak Lukas tadi memang bilang, kalau pesawatnya agak telat, soalnya dari Bali hujan lebat tadi." Vani menerangkan. "Mendingan kita masuk ke aula." Vani menganjurkan sembari mengapit lengan kedua orang tuanya.

"Kana jadi nyusul sama eyangnya?" tanya Dhimas.

"Insya Allah, tadi mama Gandes bilang udah otewe dari rumah."

"Hmm...," gumam Dhimas.

"Masih mau nunggu di sini atau masuk aula?" tanya Vani. "Enakan di dalem, sejuk ada AC ditambah bisa duduk," bujuk Vani pada kedua orang tuanya yang kini berjalan perlahan di samping kiri dan kanannya.

Ranty sang ibu menoleh ke arah putrinya, lalu berhenti melangkah. "Eh, sebentar." Ucapan Ranty berhasil menghentikan langkah Vani dan Dhimas.

"Apalagi sih, Ma?" tanya Dhimas yang terdengar seperti suara protes karena istrinya berhenti tiba-tiba.

"Nggak mau foto dulu?" Ranty menunjuk booth foto yang belum terlalu ramai antriannya dengan dagunya.

"Nanti aja rame-rame, biar sekalian sama Lukas dan Kana," jawab Dhimas.

"Ya, nanti foto lagi," anjur Ranty. "Ini mumpung make up-nya Vani belum luntur kena keringet. Lagi pula nggak apa-apa 'kan, kita foto bertiga duluan?"

Saran dari Ranty akhirnya disetujui oleh anak dan ayah itu. Tanpa mengantri panjang ketiganya berpose sesuai arahan sang fotografer demi mengabadikan momen wisuda Vani.

"Nanti fotonya dikirim ke email kakak ya," kata asisten fotografer yang bertugas sebagai admin memberitahu Vani.

"Siap, Mas. Makasih," sahut Vani.

Selesai berfoto Vani dan kedua orang tuanya masuk ke dalam aula. Mereka berpisah tepat di depan pintu masuk karena wisudawan dan wisudawati duduk di barisan bangku yang berbeda dengan orang tua dan undangan.

Acara wisuda digelar tanpa hambatan, sebagai salah satu yang lulus dengan predikat cum laude, nama Vani dipanggil untuk maju ke depan panggung sebagai perwakilan fakultas yang menerima ijazah.

Dhimas dan Ranty tentu saja bangga mendengar nama anaknya disebut, dengan senyum merekah ibu dua anak itu berseru senang sambil berkata, "Itu anak perempuan saya!" Kepada seorang ibu-ibu yang sama sekali tak ia kenal. Sementara ibu-ibu itu hanya mengangguk sungkan mendengar ocehan Ranty.

"Sudah, Ma," bujuk Dhimas agar istrinya diam.

Acara wisuda selesai setelah segala prosesi dan susunan acara dilakukan. Vani yang ponselnya sudah berkedap-kedip sejak tadi buru-buru keluar ruangan aula karena notifikasi yang ia terima tak hanya dari ibu mertuanya yang sudah tiba dengan Kana, tapi juga dari Lukas yang katanya sudah sampai.

Segera ia mencari wajah sang suami di antara kerumunan orang yang sudah memenuhi area luar aula. Setelah bertemu dengan kedua orang tuanya di pintu yang sama dengan ketika masuk, Vani menggandeng Dhimas dan Ranty untuk mencari Lukas dan Kana.

The Substitute [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang