L i m a p u l u h e m p a t

22.3K 1.6K 14
                                    

⚠️
.For violent scene.

"Aunty, ayah mana?"

Berkali-kali Kana menanyakan hal yang sama pada Vani, sementara dengan sabar juga Vani menjawab, "Nanti ayah nyusul datengnya ya?"

Lalu tak lupa Vani melempar senyum kepada keponakan kecilnya itu, sembari merapikan rambut dan hiasan di kepala Kana. Gadis mungil itu akan menampilkan tarian bersama dengan sepuluh orang teman sekelasnya. Mengenakan kaus putih polos dan kertas krep yang dihias dan dibentuk sehingga menyerupai rok tutu berwarna pink dan hiasan kepala yang menyerupai mahkota.

"Seneng nggak Kana?" tanya Gandes yang setia menemani cucu kesayangannya itu sejak pagi.

Sayangnya, Kana enggan menjawab pertanyaan eyangnya itu, dia memasang wajah murung karena sejak pagi ayahnya sudah berangkat bekerja bahkan sebelum Kana bangun tidur pukul enam.

"Kana ditanya sama eyang, masa diem aja, dijawab dong, Sayang," bujuk Vani.

"Lagi bete kayaknya dia, nggak apa-apa," timpal Gandes memaklumi.

Mata Vani mencari sosok pengasuh Kana yang berdiri agak jauh darinya. "Mbak Wulan, tolong rapihin rambutnya Kana ya ini berantakan, saya mau telpon ayahnya dulu," pinta Vani lalu pamit kepada Gandes untuk keluar gedung sekolah Kana yang hari itu ramai karena pembagian rapor dan pentas seni.

Pesan-pesan yang Vani kirimkan ke Lukas belum juga dibaca oleh penerimanya. Vani tahu, Lukas pasti masih di tengah pertemuan dengan klien yang memang tak ingin diganggu. Dia pun meragu ingin menelepon suaminya, makanya lagi-lagi Vani memilih mengirim pesan singkat saja ke nomor ponsel Lukas.

Saat pesan terkirim, seseorang berbisik tepat di telinga Vani, "Kirim WA ke siapa?"

Vani memejamkan matanya dan tersenyum, karena sudah hapal dengan suara dalam yang selalu menyenangkan didengar itu. Dia menoleh untuk melihat wajah rupawan suaminya yang telah menyandarkan dagunya di pundak Vani.

Vani menyentuh wajah Lukas dengan satu tangannya. "Jangan gini, nggak enak diliat orang."

"Maaf ya, saya baru dateng," ucap Lukas.

"Jangan minta maaf ke aku, minta maaf ke Kana. Tuh, anaknya udah cemberut aja dari tadi nyari bapaknya," ungkap Vani.

Lukas terkekeh. "Kalau ibu barunya Kana nyariin juga nggak?"

Vani menatap ke atas pura-pura berpikir. "Hmm...nyariin nggak ya?"

Lukas terkekeh lalu menarik kepala Vani untuk mengecup kening istrinya itu cukup lama.

"Kangen," bisik Lukas.

Vani tersenyum. "Setiap hari 'kan ketemu," kata Vani.

Lukas mengerucutkan bibirnya. "Tapi 'kan belum boleh tidur sekamar. Saya beneran dua minggu nih Van, dihukumnya? Nggak ada keringanan hukuman gitu? Udah lima hari lho, ini."

Vani terkikik geli tak menjawab pertanyaan Lukas, dia menarik telapak tangan Lukas dan mengajaknya ke lokasi tempat Gandes, Wulan dan Kana menunggu sampai giliran tampil di atas panggung tiba.

"Kana sama mama Gandes nunggu di ruangan ini ada mbak Wulan juga, tapi Kak Lukas nggak usah masuk ya, banyak wali murid teman sekelasnya Kana."

"Memangnya kenapa, cuma masuk aja 'kan nggak apa-apa?"

"Ya, jangan. Isinya mama-mama semua."

"Kamu takut saya ditaksir sama mama-mama muda ya?" Lukas mengangkat sebelah alisnya menggoda Vani.

"Nyenyenyenye...geer!"

Vani mencubit lengan Lukas membuat pria itu mengaduh kesakitan tapi masih bisa tertawa geli karena berhasil membuat istrinya merasa cemburu.

The Substitute [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang