E n a m p u l u h d e l a p a n - Happily Ever After

45.2K 1.9K 46
                                        

Mungkin boleh dicek part 67-nya ya, pada hari aku publish, aku sempet edit dan tambahin  sehingga ceritanya lebih panjang, siapa tau kalian bacanya yg versi blm diedit :)

--------------------------------------

Sepasang tangan kokoh yang melingkar di pinggang Vani itu tak berani memeluk terlalu erat. Usapan ringan diberikan oleh sang pemilik tangan itu secara intens setiap kali istrinya meringis merasakan pergerakan bayi-bayi di dalam perutnya.

"Mau duduk nggak?" tanya Lukas yang dibalas anggukan oleh Vani.

"Permisi, kita tensi dulu ya, Bunda." Seorang perawat masuk ke dalam kamar rawat dengan mendorong troli berisi alat tensi dan benda-benda lain yang siap dipasangkan ke tubuh Vani.

"Mama belum dateng, Kak?" tanya Vani.

"Mama Gandes baru otewe, kalau mama Ranty katanya dikit lagi sampai."

Vani mengangguk.

Lukas mengerutkan keningnya sembari mengusap pelan punggung menuju pinggang istrinya yang duduk di kasur. "Yang mana yang pegel?" tanyanya.

"Semua badan rasanya."

"Tensinya bagus ya, Bunda," terang sang perawat. "Saya pasangin catheter infusnya dulu, ya?"

"Iya," jawab Vani sambil memperhatikan sang perawat membuka plastik pelindung dari setiap alat dan mengoleskan kapas beralkohol ke atas kulitnya.

"Tarik napas Bunda," perintah sang perawat sebelum menyuntikkan jarum ke kulit Vani.

Perawat itu menempelkan plester perekat setelah chateter infus berhasil masuk ke dalam tangan Vani agar tidak lepas.

"Saya permisi dulu ya Bunda, mari Pak," pamit sang perawat setelah pekerjaannya selesai. "Nanti nunggu dijemput untuk masuk ke ruang operasi, ya?"

"Iya, terima kasih," ucap Vani dan Lukas nyaris berbarengan.

"Kamu butuh apa, Van? Mau diganjel bantal nggak, punggungnya?"

Vani menggeleng. "Pengacaranya Kak Lukas udah bisa ketemu mbak Fela di lapas?" Suara Vani yang begitu pelan nyaris tak bisa Lukas dengar.

Lukas mengambil ponsel dari saku celananya melihat layarnya yang belum ada notifikasi kecuali notifikasi e-mail masuk yang sudah pasti berasal dari kantor. "Belum, tapi lagi diusahakan, nanti kalau bisa mereka akan telepon ke sini."

"Minta video call aja, ya?"

"Iya." Lukas masih mengusap pelan tubuh istrinya itu sambil di dalam hati tak hentinya mengucap doa dan kalimah puji-pujian kepada Yang Maha Kuasa.

Lukas menerawang sedikit ke masa lalunya, dulu saat Kana lahir ia tak ada di samping Fela untuk setidaknya memberi dukungan moril pada perempuan itu. Sekarang, Lukas rasanya ingin meninju wajahnya sendiri mengapa ia dulu begitu tak berperasaan seperti pria berengsek tak bertanggung jawab.

"Van, kalau mau apa-apa bilang ya?"

Vani mengangguk pelan.

"Gimana?"

Itu suara Ranty yang baru saja masuk ke dalam kamar rawat inap.

Lukas menggeleng. "Belum, Ma. Kita masih nunggu."

"Ya udah sabar, jangan mikirin macem-macem rileks aja," saran Ranty sembari mengusap pelan tubuh putrinya itu.

Vani langsung meraih telapak tangan ibunya lalu mengecupnya berkali-kali. "Minta ampun ya, Ma, doain operasinya lancar."

The Substitute [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang