E n a m p u l u h l i m a

27.6K 1.6K 18
                                        

"Mba Fela salah paham."

Vani berkata pelan setelah menutup laman blog yang baru ia baca.

"Foto kak Lukas kenapa ada di kamera bukan karena itu, aku murung juga bukan karena tau kak Lukas yang dijodohin sama mbak Fela."

Vani bergumam pelan, tapi rupanya gumaman sang istri bos didengar oleh supir andalan keluarga bernama Uus yang punya kumis tipis seperti kumis ikan lele, yang sedari tadi melirik dari kaca spion.

"Kenapa Non?"

"Apa Pak?" Vani balik bertanya.

"Tadi Non, bilang apa?"

"Oh, enggak saya nggak bilang apa-apa ke Pak Uus, saya ngomong sendiri gara-gara baca artikel di internet." Vani beralasan.

"Kirain apa, Non. Ini kita udah sampe dari tadi tapi Non masih diem aja di belakang."

"Hah, udah sampe? Kok Pak Uus nggak bilang?"

"Yah Non, saya udah panggilin tapi Non malah asik ngeliatin hp."

Vani tertawa kecil. "Maaf Pak, saya keasikan baca. Oh iya, Pak. Kalau Pak Uus mau ke kantornya kak Lukas saya ditinggal juga nggak apa-apa, nanti saya pulang naik taksi aja."

"Yah, Non. Jangan gitu, Non saya tungguin aja, nanti saya kena omel pak Lukas kalau nggak pulang bareng Non Vani." Uus memperlihatkan wajah khawatir.

Vani menghela napas panjang. Sebenarnya dia juga tidak merasa enak hati kalau sampai sang supir kena omel karena dirinya. "Nanti saya yang ijin ke kak Lukas biar Pak Uus nggak kena omel," bujuk Vani.

"Tapi Non..."

Ponsel Vani bergetar, dia menatap ke layarnya lalu memperlihatkannya ke sang supir. "Panjang umur 'kan? Biar saya yang minta ijin. Pak Uus balik aja ke kantor kak Lukas, makasih ya Pak sudah dianter sampai sini."

"I-iya baik Non," jawab Uus.

Uus melajukan kembali mobilnya saat dilihatnya Vani sudah memasuki teras rumah kediaman orang tua Vani.

"Halo," jawab Vani menyambut panggilan telepon sang suami.

"Halo, kamu di mana? Masih di rutan?"

"Enggak udah pulang, tapi aku sekarang lagi di rumah mama di Bintaro, maaf nggak ijin dulu tadi."

"Nggak apa-apa, pak Uus sama kamu 'kan tapi?"

Vani terkekeh ringan. "Udah aku suruh ke kantor kak Lukas."

"Ck... gimana sih pak Uus, kan saya udah bilang-"

"Aku yang minta pak Uus ke kantor Kak Lukas," potong Vani. "Jangan salahin pak Uus ya?" pintanya dengan lembut.

Seorang Lukas mana bisa tidak luluh mendengar suara pinta istrinya yang sehalus beledu itu.

"Ya udah, tapi saya nggak ijinin kamu naik taksi buat pulang ke rumah, kata dokter kamu juga nggak boleh terlalu capek. Tunggu di rumah mama, nanti pulang kantor saya jemput."

Vani terkikik mendengar ocehan suaminya. "Siap, Bos! Sudah ya, aku tutup teleponnya."

"Iya, hati-hati di sana. Jangan telat makan."

"Iya."

Vani menutup panggilan telepon, padahal selama ini Vani yang selalu mengingatkan Lukas agar tidak telat makan.

Vani mengetuk pintu rumah yang tertutup di hadapannya. Dia sudah menerka ibunya pasti sedang tidak di rumah karena mobilnya tak terparkir di garasi.

Vani melirik jam tangannya. "Papa udah pasti masih di kantor," gumamnya pelan.

The Substitute [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang