E m p a t p u l u h s a t u

24.4K 1.8K 65
                                    

Mata Vani memandang berkeliling, memperhatikan satu persatu kawan-kawannya dan duduk menunggu di dalam ruangan aula. Ada lebih dari tiga puluh mahasiswa dari fakultas yang sama dengannya, sama-sama sedang menunggu hasil yudisium.

"Menurut lo kita bisa dapet A nggak ya?" bisik gadis berambut panjang yang warna rambutnya seperti rambut jagung kepada Vani.

"Kalo lo yakin mestinya sih bisa, Mel," jawab Vani. "Gue yakin lo bisa tadi," ucap Vani menenangkan gadis bernama Amel yang menjadi salah satu teman akrabnya di kampus.

"Kita lama ya Van, nggak ngobrol sama jalan bareng? Semenjak sibuk skripsi gue udah nggak denger kabar lo lagi."

"Kabar gue ya begini-begini aja," jawab Vani sambil mengangkat kedua bahunya.

"Tapi kata anak-anak lo putus sama Jun?"

Vani mengangguk.

"Jangan bilang gara-gara lo dijodohin sama kakak ipar lo itu?"

Vani menatap lekat netra kelabu Amel akibat dilapisi lensa kontak. Di kampusnya tidak ada yang tahu kabar pernikahan Vani dengan Lukas, tak satu orang pun kecuali Jun. Vani sedang menimbang-nimbang dalam kepalanya apakah layak menceritakan urusan pribadinya pada temannya itu.

"Gue...sorry nggak cerita sama lo, soalnya gue ngerasa tadinya ini masalah keluarga yang gue pun ragu mau cerita."

"Ya, kalau masalah keluarga better you keep it yourself sih, Van. Kecuali lo butuh teman buat tempat cerita, gue siap."

"Thanks, ya?" Vani menghela napasnya. "Tapi... sejujurnya gue udah nikah."

Amel terkesiap, menutup bibir dengan kedua tangannya sementara kedua matanya membulat karena terkejut. "You what? No way..."

"Yes way..."

"Terus sekarang lo hamil?"

Vani terkekeh. "Jangan bercanda, gue nggak pernah ngapa-ngapain sama dia."

"Nikahnya jadi sama ex kakak ipar lo itu?"

Vani mengangguk.

Amel menatap langit-langit ruangan aula, pikirannya melayang ke kenangan terdahulu ketika dirinya pernah satu kali melihat pria yang dikenalnya sebagai kakak ipar teman baiknya itu.

"Gue lupa-lupa inget tampangnya."

"Memangnya kapan lo pernah liat?"

"Pas nikahan mbak Fela, 'kan lo minta gue buat jadi penjaga buku tamu waktu itu, berdua sama Intan, inget nggak? Nggak inget lagi."

"Inget," sahut Vani.

"Kok lo nggak ngundang gue sih kalau married?" protes Amel.

Vani menghembuskan napas kasar. "Malah, waktu itu gue kepikiran mau kabur. Mana kepikiran gue mau undang temen? Jadi yang dateng cuma keluarga." Vani menaruh kedua lengan di atas perutnya. "Tapi kalau diinget-inget, waktu itu juga mbak Fela nikahnya nggak ngundang banyak orang, soalnya kak Lukas-nya nggak mau ngundang banyak-banyak dan gue baru tau, kalau pernikahan kakak gue itu disembunyiin dari semua orang."

"Maksudnya?" Amel mengerutkan keningnya.

"Kolega, klien, rekan bisnis kak Lukas banyak yang nggak tau kalau dia udah pernah nikah. Mungkin ada yang tau, tapi hanya orang-orang tertentu aja."

"Kok gitu?"

Vani mengangkat kedua bahunya lalu menghembuskan napas kasar. Bahu Vani sedikit merosot dan Amel paham, temannya itu sedikit bimbang.

The Substitute [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang