E m p a t p u l u h t i g a

26.3K 2.3K 56
                                        

⚠️ 18+
.warning for non explicit mature scene.

Wow tanda 18 plus-nya keluar lagi, awas aja kalo masih ga vote sama komen, kak Al ngambek :(

__________________________________

"Setiap hari pada sepertiga malam, saya nggak pernah berhenti berdoa, meminta kepada Tuhan yang Maha Kuasa supaya kelak, saya bisa mengajak kamu ke Jannah-Nya."

Vani mengedipkan kelopak matanya berkali-kali. Dirinya sedang mencoba mencerna ucapan Lukas padanya. Dalam kepalanya saat ini, dia bertanya-tanya, apakah pria di hadapannya itu sedang bercanda atau...

"Saya serius, Van." Seakan bisa membaca pikiran Vani, Lukas menambahkan.

Vani berpikir dalam benaknya bagaimana bisa ada orang seperti ini? Itu adalah kalimat yang paling romantis yang pernah diucapkan seorang pria padanya. Vani luluh, tapi ia memang sudah luluh sejak lama, sejak pria di hadapannya ini dengan keras kepala berkali-kali menyatakan perasaan padanya.

Lukas lagi-lagi mengulas senyuman di wajahnya. Ditariknya perlahan kepala gadis itu lalu ia mengecup keningnya. Suara bel dari arah pintu kamar menghentikan aksi manis Lukas terhadap Vani.

Lukas menghembuskan napas sembari bergumam pelan, "Siapa sih?"

Vani terkikik geli. "Palingan room service," jawabnya santai.

"Room service." Suara seorang pria terdengar dari arah pintu setelahnya.

"Tuh 'kan, bener. Yeay, makanannya udah dateng!" seru Vani. "Biar aku yang buka." Vani menawarkan diri.

Dia melepas mukena yang dipakainya sebelum bergegas membuka pintu kamar.

Petugas layanan kamar membawa troli yang di atasnya terdapat mangkuk berisi sup, piring yang di atasnya terdapat seperempat potong ayam bakar khas Lombok juga nasi di atas piring yang lain, tak lupa dua gelas jus buah.

"Terima kasih, Mas," ucap Vani sembari menyelipkan uang tip ke tangan petugas layanan kamar sebelum dia keluar ruangan.

"Ayo Kak, makan!" Vani terdengar lebih bersemangat untuk makan, dia bahkan sudah bersiap-siap membuka plastik penutup piring.

"Semangat banget, Van? Kamu kelaperan apa gimana?"

"Laper banget memang!" serunya. "Siang 'kan cuma makan roti isi-nya Starbucks sama makanan di pesawat yang porsinya seadanya itu. Jadi sekarang, aku udah laper lagi." Vani mengakui, perutnya berbunyi setelah ia mengoceh panjang lebar.

"Kasian." Lukas mengusap kepala Vani dengan lembut. "Mau makan di balkon nggak? Anginnya nggak kenceng jadi harusnya enak, nggak bikin masuk angin."

"Boleh."

Benar kata Lukas, angin memang sedang malu-malu menunjukkan kehebatannya malam itu, kini Vani membenarkan perkiraan Lukas sembari duduk tenang dan menikmati menu yang disajikan hotel dalam diam. Vani segera menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi ketika berhasil menghabiskan semangkuk krim sup dengan roti bawang dan segelas jus alpukat yang diseruputnya habis.

"Kenyang, Van?"

Vani mengangguk, tapi matanya menatap minat pada sepotong paha ayam di atas piring Lukas yang belum dihabiskan.

The Substitute [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang