"Assalamualaikum!"
"Eyang ti!" Kana berteriak melihat wajah tak asing yang datang lalu berlari menghambur menghampiri perempuan kesayangannya itu.
Suara berisik setelahnya bisa Vani dengar ketika ia berada di dalam kamarnya. Terutama suara ceria Kana yang bersemangat ketika eyangnya berkata membawa hadiah boneka untuk balita itu.
Pintu kamar Vani yang setengah terbuka diketuk. Lukas sudah berdiri di antara celah yang terbuka ketika Vani menoleh.
"Ada mama, turun yuk!" ajak Lukas.
Vani mengangguk.
Dia paham betul, harus berakting seperti apa ketika ibu mertuanya itu datang. Terutama jika ternyata Gandes memilih menginap, Vani harus rela berpura-pura tidur satu kamar dengan Lukas.
"Mamanya Kak Lukas nggak nginep, 'kan?" tanya Vani khawatir.
Pria itu menggeleng, senyum simpul diperlihatkan Lukas ketika menoleh memandang Vani. "Saya nggak tau, kenapa memangnya? Kamu takut disuruh tidur di kamar saya lagi?"
Vani memilin ujung kaus yang ia kenakan, melihat itu Lukas mengambil salah satu telapak tangan Vani. "Nggak usah khawatir, kamu boleh tidur di kamar Kana kalau ternyata malam ini mama menginap. Saya paham, kamu nggak nyaman deket-deket saya," ungkap Lukas sembari mengusap halus puncak kepala Vani.
Astaga, jangan hobi bikin baper kenapa? Aku masih punya cowok yang aku sayang hei! Batin Vani protes.
"Ayo turun!" ajak Lukas sekali lagi tapi ia tak melepaskan genggaman tangannya pada telapak tangan Vani. "Sekali-sekali akting mesra di depan mama nggak apa 'kan, Van?" Lukas tersenyum penuh kemenangan.
"Dasar licik!" gerutu Vani pelan.
______
Aneka lauk sebagai santapan siang yang dibawa oleh Gandes tersisa separuh pada masing-masing piring. Lukas yang paling senang karena hampir sebagian masakan yang dibawa oleh ibunya itu adalah makanan favoritnya.
"Van, ini hapalin makanan kesukaan Lukas apa aja."
"Iya, Ma." Vani mengangguk pasrah.
"Mama 'kan pernah bilang, suami kamu ini pemilih kalau urusan makan, tapi kalau makanan favoritnya pasti dimakan sama dia."
Lukas melirik ke arah Vani yang kini terlihat menunduk. Dengan senyuman dia berkata pada ibunya, "Apa aja yang dimasak Vani jadi makanan kesukaan Lukas, Ma." Lukas membela Vani.
"Ya Alhamdulillah," ucap Gandes. "Nggak heran, buah jatuh emang nggak jauh dari pohonnya, sahabat mama, jeung Ranty 'kan pinter masak ya anaknya juga pasti pinter masak nurunin ibunya."
Vani menanggapi ucapan Gandes dengan mengangguk tanpa berkata apapun.
"Omong-omong udah ada tanda-tanda belum?"
"Tanda apa, Ma?" tanya Lukas.
Lalu Gandes memegang perutnya dan memeragakan perut yang membuncit dengan tangannya.
"Oh..." Lukas paham. Ia melirik ke arah Vani yang terlihat tak nyaman dengan arah pembicaraan yang dimaksud oleh Gandes. "Kita nggak buru-buru, Ma. Lagi pula 'kan kita sudah pernah bahas ini, Vani masih harus menyelesaikan kuliah."
Helaan napas berat bisa Vani dengar dari perempuan paruh baya itu. "Ya udah, iya. Tapi jangan lama-lama, kamu dua tahun lagi tiga puluh, Kas."
"Apa hubungannya, Ma?"
"Kalau udah tua itu, udah lemah, loyo." Lalu Gandes menunjuk dengan telunjuknya ke bagian bawah tubuh Lukas. "Bagian yang itu."
Membuat wajah Lukas memerah karena rasanya seperti ditelanjangi oleh ucapan ibunya sendiri. Sementara Vani rasanya ingin segera beranjak karena tak ingin mendengar kelanjutan pembicaraan ibu dan anak itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Substitute [END]
Romance(Reading list cerita pilihan bulan Mei 2022 WattpadRomanceId) 18+ only Hidup berubah 180 derajat ketika kedua orang tua Vanilla Almira memintanya menjadi ibu sambung bagi keponakannya--Kana, yang usianya baru tiga setengah tahun ketika ditinggal ib...
![The Substitute [END]](https://img.wattpad.com/cover/250253319-64-k965222.jpg)