Beberapa tahun sebelumnya...
Mata Vani menilisik demi melihat sosok yang saat ini duduk sendiri di sofa ruang tamu rumah putih besar itu. Siapa lagi kalau bukan kakaknya, yang saat ini sedang mengandung besar. Tangan gemulai sosok itu mengusap halus perutnya berkali-kali, menyatakan cintanya pada makhluk hidup yang kini berbagi napas dengannya.
"Mbak," panggil Vani.
Perempuan cantik pemilik bulu mata lentik, hidung mancung dan kulit kuning langsat itu menoleh. Senyum yang terbit di wajahnya membuat satu lesung di pipinya terlihat.
"Nggak tidur? Udah jam setengah sebelas lho, ini." Vani duduk di samping perempuan itu sembari mengetuk-ngetuk ponsel yang ada di tangannya memperlihatkan layar dengan tampilan jam digital.
"Kamu tidur duluan aja kalau ngantuk, mbak masih nunggu mas Lukas."
Vani menghembuskan napas kasar. "Kak Lukas nggak ditungguin juga nanti pulang sendiri, memangnya Mbak nggak kasian sama dedek bayinya?" Vani memanyunkan bibirnya menunjuk perut kakaknya yang telah membesar itu.
Kakaknya terkikik geli. "Ya udah, iya. Mbak tidur, satpol pp-nya galak," candanya.
Vani mendengkus kesal. "Masa aku disamain sama satpol pp?"
"Soalnya hobi banget nertibin orang, yang nyuruh tidurlah, jangan telat makanlah, minum vitamin, semuanya." Kakaknya itu menjawil hidung Vani.
"Ih, ini 'kan demi kesehatan Mbak juga."
"Iya-iya, mbak nurut. Puas?"
Vani terkekeh. "Sini aku bantu ke kamar."
"Nggak apa-apa, mbak bisa sendiri."
"Yakin?" tanya Vani tanpa melepas tangannya dari pinggang kakaknya itu.
"Kamu ini." Kakaknya menggelengkan kepalanya.
"Untung ya, Mbak kamarnya dipindah ke bawah, coba kalau udah hamil segede gini masih harus tidur di kamar atas, aduh nggak ngebayangin harus naik dan turun tangga."
Kakaknya memperlihatkan wajah sendu yang tak bisa Vani artikan.
Di dalam kamar yang tak seberapa luas itu karena memang tadinya hanya diperuntukkan untuk menaruh barang-barang tak terpakai Vani masuk bersama kakaknya, dia membantu kakaknya berbaring di atas kasur berukuran sedang.
"Mau pakai selimut atau enggak?" tanya Vani.
"Nggak usah, mbak suka gerah kalau malem."
"Hmm.., mau diturunin suhu AC-nya?"
Kakaknya menggeleng. "Segini cukup. Tolong ambilin obat aku, Van."
"Di mana?"
"Ada di atas meja rias, yang warna segel botolnya ungu."
Vani beranjak ke meja rias, matanya membulat saat membaca tulisan di atas segel botol obat.
"Mbak, ini bener obatnya?" Vani menunjukkan botol kaca seukuran genggaman tangan itu kepada kakaknya.
"Iya bener yang itu."
"Kok pil buat insomnia bilangnya, memangnya nggak bahaya buat dedek bayi?" Vani terdengar khawatir.
"Mbak minumnya nggak setiap hari kok, lagi pula sudah tanya dokter. Ini 'kan cuma suplemen."
"Hmm..." Vani bergumam. "Memangnya Mbak susah tidur apa bagaimana sih?"
"Kadang-kadang."
Vani berjalan mendekat ke arah kasur memberikan sebutir tablet yang langsung diminum oleh kakaknya itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/250253319-288-k965222.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Substitute [END]
Romance(Reading list cerita pilihan bulan Mei 2022 WattpadRomanceId) 18+ only Hidup berubah 180 derajat ketika kedua orang tua Vanilla Almira memintanya menjadi ibu sambung bagi keponakannya--Kana, yang usianya baru tiga setengah tahun ketika ditinggal ib...