E n a m p u l u h d u a

23.7K 1.6K 19
                                        

⚠️
.harsh word (s), harmful or dangerous act.

Beberapa jam sebelumnya...

"Halo?"

Lukas menyapa panggilan telepon yang nomornya belum ia simpan ke dalam phonebook karena tampilan pada layarnya masih berupa angka-angka.

"Maaf Mas Lukas, ini Jun." Suara dari seberang sambungan memberitahu.

"Oh, Jun. Kenapa?"

"Maaf kalau ganggu," kata Jun.

"Enggak sama sekali, Jun. Kebetulan saya masih di Ngurah Rai, nunggu boarding. Ada apa?"

"Saya denger obrolan mas Tedy sama mbak Fela di telepon semalam, mereka punya rencana untuk dateng ke kampus karena tau Mas Lukas juga akan ada di sana..." Lukas mendengar helaan napas Jun di telinganya. "Maaf, saya nggak sengaja bilang kalau saya sama Vani wisuda hari ini."

"Nggak apa-apa, terus apa lagi?"

"Dari apa yang saya denger, mas Tedy nyebut-nyebut buat ancam Mas Lukas, dan kalau saya perhatiin dari cara mas Tedy nenangin mbak Fela waktu ngobrol di telepon, kayaknya mbak Fela panik. Saya nggak tau persisnya karena apa, tapi mas Tedy sempat nyebut 'ada surat dari polisi'. Saya cuma mau kasih tau informasi ini, saya pikir Mas Lukas perlu tau."

"Kamu yakin ada di posisi aman buat kasih tau saya info ini?"

"Yakin, mas Tedy nggak tau kalau saya udah nggak di pihak dia."

Lukas memijat pangkal hidungnya. "Saya hargai keberanian kamu, tapi saya minta tolong jaga diri dan main aman aja sama Tedy, kita nggak tau apa yang ada di pikiran dia sekarang. Dan saya rasa, kamu sebaiknya tetap bersikap seolah-olah kamu di pihak dia."

"Baik, Mas."

"Oh iya, kamu tau nggak kira-kira Tedy ada di mana?"

"Semalam Tedy pulang ke Jakarta bareng saya, mungkin dia ada di apartemennya atau apartemen mbak Fela saya nggak tau, tapi yang jelas dia di Jakarta."

"Oke, makasih infonya. Keep contact, karena mungkin saya akan butuh bantuan kamu lagi."

"Siap, Mas."

Setelah menutup telepon dari Jun, Lukas sedikit termenung. Jarinya mengetuk-ngetuk lengan kursi, dia sedang memikirkan sebuah rencana tapi masih belum begitu yakin jika rencananya bisa berhasil. Tak sampai lima belas menit ponselnya mengeluarkan notifikasi pesan Whatsapp beberapa kali, ia segera membukanya. Pesan dari nomor yang sama yang menghubunginya...

|| +628139808xxxx

Mas Tedy berencana kabur.
Masih belum tau ke luar negeri atau ke luar kota.
Tapi dia tadi sempet hubungi saya, mau pinjem pesawat pribadi papa.
Saya bilang, kalau pinjem pesawat harus ijin mbak Astrid, dia agak kesel.
Saya sempet tanya lokasi dia, dia bilang ada di apartemennya yang di Simprug.

Satu sudut bibir Lukas menukik naik setelah membaca pesan Whatsapp dari Jun. Rencana yang tadi terpikirkan di dalam kepalanya terasa sempurna setelah memperoleh informasi penting Jun. Setelah membalas pesan Jun dengan ucapan terima kasih, Lukas memencet tombol dial untuk menghubungi pengacaranya.

"Halo Pak," sapa Lukas ketika panggilan teleponnya disambut oleh sang penerima telepon. "Firasat kombes polisi yang ngobrol sama kita minggu lalu bener ternyata, kalau Tedy bisa aja melarikan diri setelah terima surat panggilan pertama." Lukas memamerkan seulas senyum di sudut bibirnya.

The Substitute [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang