The Substitute [END]

E m p a t p u l u h l i m a

⚠️ 18+
.For non explicit mature content.
Adek adek sayang, main dulu sama bi Isah ya?
____________________________________________

"Sejak kapan kamu dengerin omongan saya, Van?"

Mulanya Vani ingin bungkam, tapi Vani memang sama sekali tidak mahir berakting. Napas Lukas begitu hangat di kening Vani, aroma minyak wangi pria itu begitu menyenangkan di indera penciuman Vani.

Wangi suami aku. Kata Vani di dalam kepalanya.

Vani mendekatkan kepalanya, wajahnya menelusuk masuk ke dada bidang milik Lukas, dan menghidu wangi tubuh pria itu dalam-dalam. Dalam benak Vani saat ini, apabila suatu saat nanti semuanya harus berakhir, dia akan menghapal wangi ini selamanya.

Tanpa Vani bisa cegah, setetes derai hangat turun dari ujung matanya. Vani sama sekali tak menyangkal kalau dirinya tak ingin tersakiti, sudah cukup Jun menyakitinya sampai Vani melakukan hal bodoh yang nyaris mencelakai dirinya. Namun, jika rencana Tuhan berkehendak lain dia harus bagaimana?

"Aku tadi denger semuanya." Vani mengakui. "Tapi aku nggak mau ikut campur."

Lukas menghela napas dalam. "Kalau kamu mau tau, tanya aja. Saya nggak akan sembunyiin apa-apa dari kamu, saya akan ceritain semua."

Vani menggeleng, buru-buru ia mengusap pipinya yang basah sebelum menengadahkan kepala memandang wajah pria itu yang matanya sedang terpejam. Dengan berani Vani mengecup bibir Lukas sesaat, membuat Lukas tersenyum meskipun matanya masih belum terbuka.

Jari-jari tangan Vani menyugar halus surai kelam Lukas.

"Ngeliatin saya terus? Saya ganteng ya?" tanya Lukas dengan kelopak mata yang masih tertutup.

Vani terkikik geli. "Suami Vanilla yang ganteng mana ciumnya?"

Lukas membuka kelopak matanya. "Kamu sengaja mancing saya?"

"Enggak."

"Ngaku!"

"Ih, enggak!"

"Kalau kamu mancing saya kayak gini..." Lukas menjeda ucapannya lalu berbisik pelan, "kamu harus tanggung resikonya."

Dengan telunjuknya Lukas menarik dagu Vani perlahan lalu bibirnya berhasil menemukan bibir kemerahan milik Vani dan mengulumnya. Lukas tahu, kalau Vani menerima ciuman itu karena istrinya itu sudah mengalungkan tangannya di pundak Lukas.

Lukas menukar posisinya sehingga tubuhnya berada tepat di atas tubuh Vani, membelenggu Vani dengan kedua tangannya.

"Jangan salahin saya, siapa suruh mancing-mancing?" ucap Lukas membuat kedua alis Vani menyatu.

Kemudian Lukas mencengkeram kaus polos yang Vani kenakan, dan dengan satu tarikan kedua tangannya kaus itu terkoyak menjadi dua.

"Astaga!" Vani memekik. "Kaos aku!" protesnya.

Namun Lukas tak peduli, dia tak mendengarkan jerit protes Vani padanya. Tatapan mata pria itu begitu gelap dan penuh dengan gairah ketika melihat bagian tubuh istrinya yang selalu tertutup itu terpampang di hadapannya.

Wajah Lukas mendekat lalu mulai mencium leher Vani, membuat mata Vani refleks terpejam karena sensasi yang ia rasakan. Satu tangan Lukas meraba punggung Vani, mencari-cari sesuatu. Saat menemukan yang ia mau, Lukas segera melepasnya dan sedetik kemudian bra yang dikenakan Vani mengendur karena terlepas.