E m p a t p u l u h e n a m

24.9K 1.8K 30
                                        

Bibir Lukas terkatup kaku setelah melihat siapa yang datang, rahangnya pun mengeras begitu juga dengan kepalan tangannya yang mengepal kencang. Vani tahu ada atmosfer tak nyaman dalam rumah itu, terlebih lagi Vani bisa melihat kepalan tangan Lukas di samping tubuhnya.

"Kak..." Vani menyentuh lengan Lukas, mengusapnya perlahan agar pria itu tak larut dalam emosi.

Vani lebih dari tahu kalau ada konflik di antara mantan suami istri itu. Namun pertanyaan lain lebih mengusik benak Vani saat ini. Apakah Fela tahu kalau Lukas mantan suaminya itu telah menikah dengan Vani, adik kandungnya yang Fela selalu bela sejak kecil?

"Kenapa, kok bengong? Kayak habis liat hantu." Fela berdiri dari tempatnya duduk lalu berjalan mendekati Lukas. Tanpa aba-aba, dan dengan santainya Fela memeluk tubuh pria itu. Membuat mata Vani membesar karena terkejut. "Istrimu ini pulang lho, Mas. Masa nggak disambut?"

Oke, Vani merasa muak sekarang. Dia bermaksud menarik tubuh Fela agar menjauh dari Lukas tapi sebelum itu terjadi, Lukas sudah melakukannya. Ia mendorong tubuh Fela agar menjauh.

"Apa-apaan sih kamu? Kita udah cerai Fela."

Lukas menghardik dengan kasar, suaranya begitu kencang sampai Vani mengira tetangga bisa saja mendengar suara Lukas barusan. Suara teriakan itu membuat Kana yang berada di dalam gendongan Lukas menangis.

Fela hanya tersenyum masam, lalu sebuah seringai terbit dari atas bibir tipis berpulasan perona merah menyala itu.

"Cih!" Fela berdecak meremehkan.

Dengan mata yang saling menatap meskipun dari jarak yang agak jauh, Wulan bisa memahami perintah yang Vani berikan pada pengasuh itu. Dengan sigap, Wulan menghampiri dan mengambil Kana dari gendongan Lukas.

"Sama saya aja, Pak," tawar Wulan.

Lukas mengangguk mengiakan. "Bawa Kana ke atas, kunci pintunya!" titah Lukas.

"Ba-baik, Pak!"

Kini lirikan tajam Lukas berikan ke Rafella Agrifina yang bagi Lukas sangat menganggu ketenangan rumah itu.

"Mau ngapain kamu ke sini?" tanya Lukas.

Fela menyunggingkan seringai miringnya lagi. "Aku kangen sama Kana, apa sekarang aku udah dilarang ketemu anakku sendiri?"

Lukas tertawa meremehkan. "Kangen? Selama ini kamu nggak pernah peduli sama anak kamu, kenapa sekarang tiba-tiba kangen? Denger ya Fela..." Lukas menghela napasnya sesaat, seakan kesabarannya nyaris menipis menghadapi mantan istrinya itu. "saya nggak tau apa rencana kamu, tapi kalau kamu mau ambil Kana dari rumah ini saya nggak akan biarin."

"Takut banget kayaknya aku bakal ambil anak kesayangan kamu seperti aku ambil hampir separuh harta kamu?" Lalu Fela menepuk dahinya. "Ah, bener juga, hartanya nggak ke mana-mana, 'kan pemilik hartanya ada di rumah ini sekarang, licik ya kamu?"

Kini Fela melirik ke arah Vani yang berdiri diam di balik tubuh Lukas. "Van, sehat? Diem aja kayak obat nyamuk," ejek Fela.

Vani hanya mengangguk menjawab pertanyaan Fela, kemudian ia menunduk tak berani menatap. Ia mengutuk dirinya sendiri karena begitu payah dan tak berkutik ketika Fela muncul di hadapannya seperti sekarang. Bukankah harusnya ia senang Fela telah kembali seperti yang sering dia harapkan? Mengapa sekarang Vani merasa khawatir?

Kemudian perempuan berlesung pipi itu tertawa getir, kepalanya menggeleng kiri dan kanan seakan-akan tak percaya dengan apa yang sedang dilihatnya. "Akhirnya ya, Mas. Kamu dapetin apa yang kamu mau? Seneng kamu, Mas? Bahagia sekarang, setelah semua yang kamu mau aku turuti?"

The Substitute [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang