Warning, mungkin agak ngebosenin chapter ini
‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐
Suara deburan ombak dan hangat udara pantai Nusa Dua di pagi hari seharusnya bisa Lukas nikmati bersama keluarganya sambil berlibur, bukan sebaliknya ketika ia harus berkutat dengan data dan laporan yang dibuat oleh karyawan dan tim legal perusahaannya. Laptop di hadapannya menampilkan file Power Point yang berisi diagram dan grafik laporan pencapaian perusahaaanya selama satu tahun.
Ponsel pintarnya diapit di antara telinga dan pundaknya sambil kedua tangannya tak lepas di atas keyboard laptop mengetikkan beberapa catatan.
"Lain kali jangan begini, kalian kalau bikin laporan, perhatikan juga sumber datanya. Berkali-kali 'kan udah saya bilang, tolong double and triple check." Lukas memijit pangkal hidungnya dengan kedua jarinya. "Saya butuh file-nya untuk jam sepuluh, tolong perbaiki dulu slide kesembilan, ini datanya bukan yang terbaru, setelah itu kirim ke Zaki, asisten saya. Minta dia review dulu sebelum final file-nya dikasih ke saya ya, cepetan! Jam sepuluh inget, jam sepuluh waktu Bali bukan Jakarta."
Lukas berdecak kesal sembari mematikan ponselnya. Baru menghela napas sebentar ponselnya bergetar lagi karena ada panggilan suara. Tanpa mengecek siapa nama yang tertera di layar Lukas meninggikan nada suaranya sembari berujar, "Apa lagi?"
"Pak, ini Tika." Suara di seberang yang tak diduganya berhasil membuat Lukas menurunkan level emosinya.
"Ya, Tika. Gimana?"
Sang sekretaris sudah paham bagaimana karakter atasannya, dia memilih tak berbasa-basi dan langsung mengatakan hal yang perlu-perlu saja.
"Schedule pesawat yang Bapak minta, paling pagi untuk kelas bisnis-nya full Pak, sisa ekonomi."
"Nggak apa-apa, saya ambil."
"Baik, Pak. Ini mau langsung saya bantu check-in atau nanti Bapak sendiri yang check-in?"
Lukas melihat jam di pergelangan tangannya. "Udah bisa check-in ya?"
"Harusnya udah, Pak. Aturannya dua puluh empat jam sebelum." Tika menerangkan dengan yakin.
"Ya, udah. Tolong ya, kamu urus semua. Terima kasih, Tika."
"Baik, Pak. Sama-sama."
"Tika sebentar," potong Lukas buru-buru sebelum sang sekretaris mematikan sambungan telepon.
"Ada lagi, Pak?"
"Tolong pesenin buket bunga."
"Kayak yang waktu itu, Pak? Pake balon-balon sama boneka?"
Pertanyaan Tika membuat Lukas ingat, saat itu sang sekretaris memesankan buket bunga dan balon ketika Vani lulus sidang skripsi.
"Nggak, nggak usah. Bunga aja. Besok, minta kurir florist-nya antar langsung ke bandara, suruh ketemu pak Uus, kasih nomor hp pak Uus ke mereka."
"Baik, Pak. Siap!" seru Tika. "Ada lagi, Pak?"
"Nggak ada, udah cukup itu aja. Makasih ya Tika."
"Sama-sama, Pak."
Lukas menutup panggilan telepon lalu teringat lagi dengan materi presentasinya di layar laptop. Dia menuliskan catatan, membuka-buka data serta membaca surat elektronik yang masuk untuk mencari file serta data yang diperlukan.
Fokusnya teralihkan ketika dilihatnya Tedy memasuki lounge bersama seseorang yang berhasil membuat Lukas memamerkan seringai mencemooh. Kini semakin jelas saja rencana keji Tedy padanya, apalagi orang itu dengan terang-terangan membawa satu orang yang sudah dicurigai oleh pengacara Lukas sebagai salah satu komplotannya Tedy.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Substitute [END]
Romance(Reading list cerita pilihan bulan Mei 2022 WattpadRomanceId) 18+ only Hidup berubah 180 derajat ketika kedua orang tua Vanilla Almira memintanya menjadi ibu sambung bagi keponakannya--Kana, yang usianya baru tiga setengah tahun ketika ditinggal ib...
![The Substitute [END]](https://img.wattpad.com/cover/250253319-64-k965222.jpg)