D u a b e l a s

30.4K 2.2K 51
                                    

Jun dan Vani duduk di ruang tunggu lobi rumah sakit sambil menunggu Astrid mengantri obat. Keduanya mendengarkan seseorang memainkan musik melalui Grand Piano yang sengaja diletakkan di lobi.

"Chopin," gumam Jun.

Vani mengangguk, dia juga tahu judul lagu yang dimainkan orang itu, Chopin Nocturnes Op. 9: No. 1. Dia hapal betul dengan alunan musik ini karena berkali-kali mendengarkan Jun berlatih lagu ini untuk kejuaraan di kampusnya dua tahun lalu dan Jun memenangkan posisi juara pertama. Dan berkat kemenangan itu pula akhirnya Jun mendapatkan beasiswa penuh sampai lulus kuliah nanti.

Vani tahu, betapa musik sangat berarti bagi Jun. Namun mendengar cerita Astrid kalau Jun harus tinggal di kota ini demi membantu perusahaan ayahnya, Vani jadi iba. Masalahnya, sudah berkali-kali Jun berkata pada Vani kalau dia tidak ingin cita-citanya sebagai musisi terhalangi beban keluarganya.

Dalam benaknya dia teringat lagi dengan permintaan Astrid tadi, Jangan sangkut pautkan Jun ke kehidupan pernikahan kalian.

Vani sadar, dia tidak pernah melibatkan Jun untuk urusan ini, tapi dengan berada di dekat Jun ketika dirinya telah berstatus istri orang lain secara tak langsung Vani telah melibatkan pemuda itu. Vani terkesiap, akhirnya dia sadar makna perkataan Astrid. Kakak kekasihnya itu menegurnya secara halus, dia ingin Vani menjauhi Jun.

Dan secara tersirat, Astrid juga sudah memberikan kode kepada Vani, untuk membiarkan pemuda itu bahagia dengan keluarganya, tapi di dalam benaknya Vani bertanya-tanya, apakah benar itu yang Jun inginkan?

"Kamu aku perhatiin diam aja dari tadi?" tanya Jun sembari menaruh telapak tangannya yang tidak sakit ke puncak kepala Vani.

Vani mengistirahatkan kepalanya di pundak Jun kemudian menghela napas dan menghembuskannya dengan kasar.

"Kayaknya berat banget yang dipikirin, sampai begitu napasnya?" tanya Jun dengan canda menyindir.

"Jun..." lirih Vani.

"Hm?"

"Kamu pernah kepikiran mau tinggal lagi di sini setelah lulus?" tanya Vani.

"Di rumah sakit?" goda Jun seraya bertanya.

Vani terkikik geli. "Bukan!" protesnya. "Di Surabaya, bersama keluarga kamu."

"Hmm.., belum pernah kepikiran sih."

Jun menolehkan wajahnya ke arah Vani, dia penasaran kenapa kekasihnya ini tiba-tiba bertanya hal yang kebetulan dimintakan Astrid kepada dia sebelumnya.

"Kak Astrid bilang apa ke kamu?" tanya Jun.

Vani mengangkat kepalanya lalu memandang Jun yang sedang menatap tangan kanannya yang kini diperban.

Jun menghela napasnya, bersiap-siap dengan apa yang ingin diceritakan Vani. Jun terlalu khawatir jika Vani mendengar hal yang macam-macam dari kakak tertuanya itu. Sementara Vani terlalu paham dengan kebiasaan Jun jika sedang galau atau ada yang dipikirkan, alih-alih menceritakan apa yang dikatakan Astrid, Vani hanya menggelengkan kepalanya.

"Kak Astrid nggak bilang apa-apa ke aku," jawab Vani berbohong.

"Yang bener?

Vani mengangguk, senyum dia berikan ke pemuda pemilik wajah tampan dengan alis lebat itu. Padahal di dalam hatinya Vani bergumam 'maaf' berkali-kali karena terpaksa berbohong dengan Jun. Dia tidak ingin menambah pikiran Jun, saat ini yang terpenting bagi Vani adalah kekasihnya itu sembuh. Karena apapun yang terjadi beberapa jam lalu di kediaman orang tua Jun, apapun yang dibicarakan Jun dengan entah siapa sudah pasti menjadi pemicu Jun sampai berbuat nekat seperti ini.

The Substitute [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang