L i m a p u l u h

23.6K 1.7K 35
                                    

Menatap map-map yang disodorkan ke arahnya, Lukas membuka dan mempelajari isinya, berupa berkas dan rangkuman hasil investigasi pengacaranya. Di sebuah restoran di kawasan Senayan, bergabung dengan dia dan tim pengacara pribadi Lukas, ada dua orang notaris dari kantor notaris Kemala Assegaf yang merupakan notaris keluarga Prajnawirapati sejak Prio--eyangnya, masih hidup.

"Jadi rencananya gimana?" Lukas menutup salinan sertipikat tanah dan sertipikat apartemen di atas meja.

"Kita bisa buktiin kalau dokumen ini dipalsukan Pak, karena untuk melakukan balik nama ngga semudah itu, kecuali..." Pengacara berkaca mata itu menjeda kalimatnya.

"Kecuali apa?" tanya Lukas tak sabaran.

"Kecuali ada mafia tanah yang terlibat," sela seorang notaris berhijab yang dari wajahnya saja terlihat pintar.

"Uang nggak masalah buat saya, yang penting investigasi bisa jalan terus." Lukas mengeluarkan buku cek dari dalam tasnya.

Melihat Lukas bersiap menuliskan angka di atas buku cek, pengacara itu menghentikannya, "Nanti aja, Pak. Operational fee tim kami, nanti kami tagihkan dalam bentuk invoice resmi. Bapak percaya aja kami akan bereskan, termasuk mencari tau siapa oknum di balik ini semua."

"Ya, saya yakin Fela nggak mungkin kerja sendiri." Lukas mengambil cangkir di hadapannya, menyeruput Cappuccino yang telah nyaris dingin karena didiamkan cukup lama. "Soal nama yang kamu bilang ke saya, udah dicari tau belum, keterlibatannya?"

"Justru ini yang mau saya sampaikan, sepertinya akses ibu Fela, didapat dari orang itu, Pak." Pengacara Lukas menambahkan.

Lukas mengepalkan tinjunya, apabila bukan di restoran ingin rasanya ia meninju benda apapun yang ada di sana saking kesalnya.

"Pak..." Salah satu notaris menyela. "Karena dokumen ini tidak sah, balik nama ke atas nama pemilik aslinya bisa dilakukan, Pak. Selama itu bisa dibuktikan."

Lukas menggeleng. "Saya udah pernah bilang, nggak perlu dibalik nama, biarkan saja semuanya ke atas nama istri saya."

"Tapi Pak, kalau terbukti tidak sah, dokumen ini jadi batal demi hukum."

Lukas menutup mata sembari menghembuskan napas lelah. "Saya nggak tau bagaimana caranya, tapi saya mau semua sertipikat itu tetap atas nama Vanilla."

"Baik, Pak."

Diskusi mereka diinterupsi oleh dua orang pria dewasa berseragam safari, keduanya berperawakan tinggi besar layaknya bodyguard artis-artis terkenal. Mereka adalah Gun dan Arie, dua pengawal Agung Prajnawirapati--ayah Lukas, yang diminta Lukas membuntuti Fela seharian setelah kemunculan Fela di rumah Lukas.

"Maaf Pak..." Gun memulai tapi melihat seriusnya diskusi mereka ia sungkan dan menghentikan kalimatnya.

"Bilang aja!" Lukas berkata tak sabaran.

Kedua pengawal itu saling menyentuh sikut masing-masing. Kemudian yang bernama Gun sedikit membungkuk dan berbisik di telinga Lukas. "Mereka bertemu non Vani di Senopati, Pak."

"Siapa aja di sana?" tanya Lukas.

"Ibu Fela, pak Tedy, dan non Vani, Pak."

"Berengsek!"

<The Substitute>


Vani keluar dari restoran dengan emosi yang tercampur aduk, dadanya pun terasa sesak karena luapan emosi yang ingin segera ia tumpahkan. Dia ingin marah, tapi tidak tahu harus marah kepada siapa? Rasanya tidak akan seberat ini mendengar semua cerita kelam masa lalu kakaknya kalau perasaannya belum ia jatuhkan kepada Lukas.

The Substitute [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang