"Ko, anterin aku yuk." Teriak Shani sembari menuruni tangga.
Henri yang kebetulan berada di ruang tamu pun mengerutkan dahinya heran.
"Lah, biasanya sama cowo kamu?""Kali ini gak biasa. Udah yuk cepet."
"Kenapa gak minta jemput Erzo?" Seketika Shani menoleh mendengar suara papanya.
"Ini Sabtu dia juga free kan?" Lanjutnya.
Shani menunduk karrna bingung harus menjawab apa. Masalah spele memang. Tapi Shani tidak suka jika keluarganya sudah membahas Erzo. Rasanya seperti beban berat di kepala Shani.
"Gapapa pah, kelamaan nunggu dia ke sini. Aku udah ditelfon soalnya. Yuk ko.."
Papa Shani sedikit curiga dengan sikapnya yang seperti ini. Mungkin beliau tidak begitu memusingkan tentang perjodohan ini. Dia membebaskan Shani mau dengan siapa saja. Namun bagaimanapun juga, mereka sudah bersepakat dengan orang tua Erzo, dan Mama Shani pasti akan marah jika perjodohan ini tidak berhasil.
•••
Selama dalam perjalanan, Henri hanya terdiam. Terlihat fokus menyetir, namun faktanya tidak. Dia penasaran apa yang sebenarnya terjadi dengan adiknya itu. Namun dia terlalu ragu untuk bertanya.
"Ehemm.."
Deheman Henri yang disengaja, membuat Shani menoleh dengan wajah datar yang ditutupi masker."Ehemmm.." Henri mengeraskan suaranya, tentu membuat Shani kesal, "Apaan sih Ko?!"
"Pagi-pagi udah sensi."
"Brisik lagian!"
Henri terkekeh mendengar omelan adiknya yang tidak bisa mengucapkan huruf R dengan benar.
"Kamu kenapa sebenernya? Berantem sama Erzo?"
"Gak. B aja."
"Gamungkin. Kenapa dia gak nganter?"
"Yaelah, baru gak nganter sekali aja pada ribet deh. Kali aja dia sibuk."
"Lah kok kali aja? Kamu gak minta dia nganter? Dia kan biasa inisiatif?"
Shani menghela nafasnya, "Bukan urusan kamu ish! Lagian aku uda bilang dia buat gak anter jemput lagi."
"Kenapa coba? Kalo Mama tau bisa marah loh kamu nyuruh gitu."
"Kamu tuh gatau Koo, kemaren ada fans yang ngegap aku dianterin dia. Untung aja fans gak ada niatan nyebar. Cuma dia peringatin aku gitu, takutnya makin banyak yang liat. Aku gamauu."
Henri hanya mengangguk mendengar penjelasan Shani.
Dia paham betul jika hal itu terjadi akan membahayakan adiknya. Namun dia masih belum lega dengan penjelasan Shani. Dia tahu bahwa Shani sebenarnya belum benar-benar bisa menerima Erzo sebagai kekasihnya.
Mengingat dulu waktu kesepakatan itu, tangis Shani pecah di dalam pelukan Henri.•••
Sepulang dari latihan, Shani tidak berniat untuk langsung pulang ke rumahnya. Dia mengajak Gracia ke Mall Sency untuk membeli baju. Mereka hanya butuh 5 menit saja untuk sampai ke Mall tersebut karena memang berjarak dekat.
Malam minggu kali ini tidak diguyur hujan. Itu sebabnya terlihat sangat ramai di jalanan kota, yang mana banyak orang yang memang seharusnya menghabiskan waktu berdua dengan pasangan masing-masing.
Namun tidak dengan Shani. Dia memilih untuk pergi dengan Gracia, adik sekaligus sahabatnya itu.
"Ke sini dulu yuk Ge." Ajak Shani menarik tangan Gracia ke dalam Pull & Bear store.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detik Terakhir [END]
FanfictionDua perempuan yang dipertemukan untuk saling mencinta. Ini takdir. Dan tidak ada yang bisa memisahkan mereka. Karena cinta adalah cinta, hingga detik terakhir.