VOTE DONG JANGAN BACA DOANG (HEHEHEHE✌🏻✌🏻)
HAPPY READING AND ENJOY!
"Maksud lo apa lakuin ini? Lo tuh nyadar gak sih lo kapten? Dan lo nyadar gak, Kak Viny tuh temen kita. Bahkan sejak KIII yang baru terbentuk, kita udah deket sama Kak Lidya juga. Kenapa lo bisa tega nusuk Kak Viny?? Kak Lidya bakalan marah banget kalo tau soal ini." Ujar Desy panjang lebar pada Beby. Tentu dengan amarahnya.
"Aku gapernah nyangka kalo Kak Beby beneran lakuin ini. Aku kira sejak hari itu, sejak cici sama Kak Viny berantem, Kak Beby bakal nyadar. Tapi kenapa malah makin menjadi kaya gini? Tega ya, Kak!" Kali ini Gracia yang menumpahkan kekecewaannya pada Beby. Bahkan dirinya sungkan memanggil Beby dengan panggilan akrabnya.
"Gue tau gue salah. Gue juga nyesel lakuin ini. Tapi asal lo tau. Rasa sayang gue ke Shani gabisa ilang. Dan itu susah banget buat gue. Kalian tuh gak ngerti gimana caranya ngontrol. Di tambah, Shani selalu ngasih harapan ke gue. Gue susah buat ngejauhh."
"Terserah lah. Yang jelas kita bener-bener kecewa!"
Semuanya pergi meninggalkan Beby satu per satu. Mereka akan pamit pulang dengan keluarga Viny.***
Tiga hari berlalu. Kini Viny sudah siuman dari pingsannya. Selama Viny tidak sadarkan diri, Shani selalu setia menunggu Viny. Walaupun terkadang sesekali pulang untuk bersih-bersih. Namun Viny tersadar dari pingsannya saat Shani tidak berada di sampingnya. Hanya ada sang Mama dan adiknya di rumah sakit.
Kondisi Viny tidak begitu parah. Hanya ada luka dan sedikit terkilir di bagian kakinya. Kepala yang sempat berdarah untungnya tidak terjadi luka serius dan tidak kehilangan banyak darah.
Pagi ini Viny sedang berada di taman dekat ruangannya menggunakan kursi roda bersama sang Mama. Mungkin Viny membutuhkan udara segar untuk menenangkan pikirannya.
"Sayang, kamu belum mau cerita sama Mama?" Tanya sang Mama setelah duduk di kursi taman.
Sementara sejak tersadar dari pingsannya, Viny sering memandang lurus dengan tatapan kosong.
"Aku ga ada masalah apapun, Mah. Kemarin cuma ngantuk aja." Balas Viny dengan suara pelan.
Ya seperti itu lah Viny, memang tidak bisa mengeluarkan suara lantang. Namun ini lebih pelan dari biasanya."Yaudah kalo kamu gamau cerita apa yang sebenernya terjadi sama kamu. Yang penting kamu harus cepet sembuh ya."
"Viny pengen pulang, Mah. Viny gasuka di sini." Tiba-tiba air matanya lolos begitu saja, namun masih dengan ekspresi datarnya.
Sang Mama pun melihatnya miris, beliau mengusap pelan rambut Viny, "Iya sayang. Makanya kamu harus rajin minum obatnya. Kamu gaboleh mikirin apapun yang ngeganggu kamu. Biar bisa cepet pulang."
Viny mengangguk pelan. Setidaknya dia harus menuruti apa kata orang tuanya. Dia benar-benar tidak menyukai suasana rumah sakit.
"Loh, Kak Viny udah sadar??." Keduanya menoleh mendengar suara itu.
Shani. Dia pemilik suara itu. Dia baru saja tiba di rumah sakit dengan membawa makanan.
Perasaannya sangat bahagia ketika melihat Viny sudah membaik seperti ini."Iya Alhamdulillah udah semalem, Shan. Maaf ya gak sempet ngabarin kamu." Ujar Mama Viny menunjukkan senyum manisnya.
"Iya gapapa kok, Mah. Yang penting sekarang udah membaik." Shani tersenyum bahagia mengetahui hal ini. Rasa takut yang 3 hari ini dialaminya sedikit memudar.
"Yaudah Vin, kamu sama Shani dulu ya. Mama mau beresin ruangan kamu dulu yang masih berantakan. Titip ya, Shani." Mama Viny pun bangkit dan berjalan menuju ruangan Viny.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detik Terakhir [END]
Fiksi PenggemarDua perempuan yang dipertemukan untuk saling mencinta. Ini takdir. Dan tidak ada yang bisa memisahkan mereka. Karena cinta adalah cinta, hingga detik terakhir.