"Kring, Shani lo ngucapin gue nih." Ujar Lidya.
"Ya terus?"
"Lo gak cembokur gitu?" Lidya meledek Viny dengan berbisik namun masih bisa didengar oleh Nadila, Saktia, dan Rachel.
Ya. Mereka sedang merayakan ulang tahun Lidya di sebuah cafe mall daerah Jakarta Pusat. Setelah sekian lama mereka tidak bertemu karena kesibukan masing-masing, akhirnya hari ini semua bisa menyempatkan waktunya untuk sekedar melepas rindu.
"Ngapain cemburu sama lo? Toh dia udah bukan cewe gue." Balas Viny dengan sok cueknya dan kembali melahap makanannya.
"Denial anjir. Gabakal deket lagi mati lo!"
"Masa? Malem minggu gue mau dinner sama dia padahal." Ujar Viny dengan senyum kemenangannya.
"Serius lo, Kak?" Tanya Rachel tidak percaya.
"Ngapain gue bohong."
"Asik banget bau bau mau balikan." Celetuk Saktia dengan nada lawaknya.
Lidya terlihat fokus pada ponselnya. Menghiraukan pembicaraan teman-temannya itu.
"Chattingan sama siapa sih lo?" Celetuk Saktia.
"Auu mentang-mentang ultah sibuk." Kali ini Rachel yang menambahkan.
"Ya wajar kali kan balesin yang ngucapin. Bege ih!"
"Jahat banget lo Nad ama gue!"
Setelah terdiam karena fokus dengan ponselnya, tiba-tiba Lidya mengajak Viny dengan antusias, "Eh Kring, abis ini temenin gue yuk."
"Kemana?"
"Ketemu Bu GM."
"Yeee, mau ngapain lo? Lo mau jadi pelakor Melody Hanip ya lo? Bener-bener lu ye, Lid!" Celotehan Saktia membuat orang-orang yang di meja itu tertawa.
"Lo kok ga cerita ke gue si kalo masih ada hubungan sama Ka Melody?" Protes Viny sebagai orang terdekat Lidya.
"Gagitu bege. Dia tadi ngucapin gue dan liat story gue lagi keluar terus nanya dimana. Ternyata dia juga lagi di sini. Lo mau pada ikut ga?"
"Gue gak."
"Gue mau prepare ke Bandung lusa."
"Gue mau rekaman."
Serentak mereka menjawab pertanyaan Lidya dengan cepat. Kecuali Viny yang hanya terdiam karena memang tidak ada kesibukan apapun setelah ini.
"Laknat lo semua! Hehe, Inyii. Mau ya temenin Lidyy. Lidy lagi ultah lohh jangan dijahatin." Bujuk Lidya pada Viny dengan nada memelasnya yang seketika membuat mereka semua ingin menuntahkan makannya.
"Sumpah lo nyadar gasih Lid lo tuh kaya om om, mau kaya gitu juga suara lo kaga bakal kecil. Yang ada gue pen muntah dengernye." Protes Saktia dengan nada lantang dan logat betawinya.
"Om om mulut lo bau ban bekas! Gamikir banget kalo ngatain.. Vinn, temenin keek.."
"Astaga iya iya, Lid. Lo mau ketemu Kak Melody aja heboh kaya mau ke kuburan minta di temenin."
"Hehehe maaci Inyii wuwuuw."
"Dahlah gajadi nemenin gue."
•••
"Shan mau kemana?" Tanya Henri ketika melihat Shani terburu-buru menuruni anak tangga.
"Mau keluar bentaar.." Balas Shani dengan sedikit berteriak dan langsung keluar dari rumahnya.
Henri yang merasa aneh pun mengernyitkan dahinya kemudian berjalan menuju jendela untuk mengintip dengan siapa Shani pergi.
"Pantesan antusias banget." Gumam Henri ketika mengetahui siapa yang menjemput Shani ke rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detik Terakhir [END]
Fiksi PenggemarDua perempuan yang dipertemukan untuk saling mencinta. Ini takdir. Dan tidak ada yang bisa memisahkan mereka. Karena cinta adalah cinta, hingga detik terakhir.