Saat ini Viny dan Shani baru saja sampai di sebuah mall yang terletak di sekitar pusat Kota Jakarta. Tentu mall yang sering mereka kunjungi.
Sejak pukul setengah 7 malam, mereka meninggalkan rumah untuk sekedar mencuci mata dan tentu ada sesuatu yang harus mereka beli. Dengan pakaian yang casual namun tetap terlihat modis. Tentu, karena kalau mereka yang memakainya pasti selalu menarik untuk dilihat.
Seperti biasa mereka berjalan berdampingan. Tangan Shani memeluk lengan Viny sambil melihat-lihat restoran yang ingin dia masuki.
"Jadi mau makan dimana, Shan?" Tanya Viny dengan raut wajah pasrah, karena mereka telah mengelilingi Lantai 2 sebanyak 3x hanya untuk memilih sebuah restoran.
"Hehe, sushi aja gimana?"
Viny sedikit membuka matanya karena heran, "Bentar-bentar. Kita udah muter tiga kali dan ujung-ujungnya kamu tetep milih sushi??"
Shani menunjukkan cengirannya, "Abis aku bingung, Sayaang. Yaudah kakak yang nentuin deh. Aku kali ini ikut aja. Okay?"
Viny menghela nafas namun tetap berusaha tersenyum setelahnya, "Yaudah ikut aku."
Akhirnya Shani mengikuti kemana Viny pergi setelah Viny menarik tangannya.
Shani memang sering seperti ini jika memilih restoran. Yang pada akhirnya membuat Viny kesal dan timbul cek-cok diantara keduanya. Ya begitulah. Shani jarang bisa mengalah jika berdua saja dengan Viny. Berbeda ketika bersama Gracia dan junior lainnya.
"Kenapa gak dari tadi sih Kakak milih? Ini juga bagus." Ujar Shani sembari duduk di salah satu kursi restoran minimalis tersebut.
"Sayang, kan biasanya kamu gamau kalo aku nentuin. Harus kamu dulu. Walaupun ujung-ujungnya sushi." Jelas Viny dengan suara samar di kalimat akhirnya.
"Hah Kakak bilang apa?"
"Gak kok. Gapapa hehehe. Udah nih pesen dulu."
Selama menunggu pesanan datang, mereka membicarakan tentang ulang tahun Gracia besok pagi. Rencananya mereka ingin memberikan surprise pada Gracia. Namun masih bingung dengan konsep seperti apa.
"Kak, besok jadinya jam berapa?"
Viny terlihat berpikir menatap lampu di atas, "Jam berapa ya? Mau jam 12?"
"Serius kita tengah malem ke planet?? Males banget gasihh. Jauh banget." Ujar Shani dengan wajah malasnya.
"Wah parah banget. Ke sahabatnya sendiri males." Seperti biasa, Viny meledek Shani.
"Iih gagitu, Kaak. Bahaya gitu lohh nyetir malem-malem ih ngaco. Lagian gaenak ganggu keluarga Gege pasti brisik kaan??"
Viny terkekeh dan mengelus rambut Shani, "Iya-iya, Sayaang. Yaudah besok pagi-pagi deh. Biar beda gitu. Bangunin dia pagi-pagi."
"Kakak nginep di aku? Emang bisa nyampe sana pagi? Kan jauh."
"Bisa kok. Pagi-pagi belum macet. Ntar aku minta bantu Astrid aja deh ya? Kan dia deket (pokoknya di sini Astrid rumahnya di Bekasi. Walaupun aslinya gatau dimana wkwk)."
"Boleh tuhh! Jadi kita ada yang fotoin.." Seru Shani dengan wajah sumringahnya.
"Yaudah ntar aku chat dia. Sini minjem hapenya."
Shani mengerutkan alisnya, "Mau apa ihh??"
Shani menoleh, memanggil Viny datar, "Kaak.."
"Senyum dulu!"
Cekrek!
"Dasar sukanya colongan." Gumam Shani sambil menoel pipi Viny.
"Kasih caption apa yaa??" Ujar Viny sambil mengetuk-ngetukkan jari di dagunya

KAMU SEDANG MEMBACA
Detik Terakhir [END]
FanfictionDua perempuan yang dipertemukan untuk saling mencinta. Ini takdir. Dan tidak ada yang bisa memisahkan mereka. Karena cinta adalah cinta, hingga detik terakhir.