Yang Ditunggu-tunggu

2.6K 148 51
                                    

"Eh? Ayok!" Viny semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Shani.

Namun Shani malah menahan wajah Viny dan sedikit menghindar, "Pengen buang air kaak. Perut aku mules tadi makan pedes.. Aaa gak tahan."

"Shaann.." Geram Viny ketika Shani mulai turun dari kasur dan berlari ke kamar mandi.

"Ck! Njir malu guee." Ujar Viny lalu menyembunyikan wajahnya ke bantal.

Sejujurnya Viny terkejut saat Shani mengatakan hal itu. Namun dia dengan semangatnya langsung mengiyakan apa yang Shani inginkan tanpa tau yang sebenarnya. Ternyata dia salah mengira. Memang dasarnya Viny berjiwa mesum.

Setelah 10 menit berada di kamar mandi. Akhirnya Shani pun keluar dengan perasaan leganya. Walaupun perut masih terasa perih. Setidaknya keinginan dia sudah dia lakukan.

"Haah legaa."

Viny masih diam dan  bersembunyi di balik bantal, "Kak.."

"...."

"Kakak!" Panggil Shani sembari memukul paha Viny.

Plak!

"Aduh! Sakit Shaniii ih. Kasar dehh." Pekik Viny kesakitan.

"Ya abis kamunya diem aja. Kenapa deh ngumpet gitu?"

"Gapapa. Lagian kamu makan pedes. Udah tau gasuka pedes. Sosoan banget. Kan aku jadi salah sangka."

"Salah sangka? Hahahaha." Seketika tawa Shani pecah. Dia tahu yang Viny maksud.

"..Lagian mesum banget jadi orang huu. Udah ah tidurr. Besok last show Michelle looh. Kakak dateng kan?" Lanjutnya.

"Hm."

"Iih gak ngehargain aku ngomong banget siih!" Lagi-lagi Shani mencubit perut Viny.

"Aduduh! Iya iya sayaang ihh. Badan aku remuk deh sama kamu lama-lama."

Bukannya meminta maaf, Shani malah tersenyum lebar lalu memeluk kakak cungkringnya itu dan..

Cuupp!

Dikecupnya lembut pipi Viny dengan durasi lima detik. Hal itu membuat Viny terasa melayang. Tubuhnya seperti dibuat beku. Dia paling lemah jika Shani sudah menciumnya dengan lembut secara tiba-tiba.

Viny langsung memposisikan badannya menghadap ke arah Shani dan membalas pelukannya.

"Kamu keliatan ganteng hari ini, aku suka banget. Apalagi pake jaket denim. Cool banget gemeessh." Ujar Shani diakhiri kecupan singkat di bibir Viny.

"Kamu juga cantik terus, Indira. Semua orang tau itu. Tapi aku gabakal rela kalo kamu dimilikin orang lain."

Viny mencium bibir Shani dengan sigap namun halus.
Awalnya hanya Viny yang melumat, namun menit berikutnya Shani membalas tidak mau kalah.
Suasana semakin menghangat dan romantis diantara keduanya.

Tangan kanan Viny memegang pipi Shani sesekali mengelusnya, sementara tangan yang lain berusaha menyingkirkan guling yang menghalangi Shani.

Kini Viny sudah berada di atas tubuh Shani. Masih dengan perlakuan yang sama. Mereka semakin jatuh pada ciuman yang sangat romantis malam ini.

"Sayang.." Panggil Viny ketika sudah melepaskan ciumannya.

"...." Shani hanya terdiam sembari mengatur nafasnya.

Cup! Cup! Cup! Cupp!

Viny mencium sekilas kening, kedua pipi, dan yang terakhir bibir pink Shani.

Detik Terakhir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang