"Iya bentaar!"
Shani yang sedang membuat susu hangat berlari dari dapur untuk membukakan pintu.
Siapa yang datang pagi-pagi sekali? Batin Shani.
Ceklek
"Good morning." Sapa tamu itu.
"Kak Viny.." Viny hanya tersenyum dan menunjukkan smiling eyes-nya.
Iya. Tamu itu adalah Viny.
Entah apa tujuannya datang ke rumah Shani. Apalagi tidak mengabarinya terlebih dulu. Tentu hal itu membuat Shani heran."Pagi banget. Kok gak bilang-bilang? Yuk masuk."
"Gausah.."
Shani mengernyitkan dahinya heran, "Kok gitu??"
"Kamu ganti baju sana, aku pengen ke taman sama kamu."
"Sekarang?"
"Iya sayaang."
Perkataan Viny barusan membuat Shani salah tingkah karena Viny memanggilnya dengan sebutan 'sayang'. Merasa sedikit aneh namun senang. Pasalnya mereka sudah bukan lagi sepasang kekasih, namun dengan entengnya Viny melakukan itu.
"Y–yaudah aku ganti dulu ya."
"Aku tunggu di mobil."
Shani pun dengan ragu membalikkan tubuhnya untuk menuju kamarnya. Namun ketika sudah jauh dari hadapan Viny, dia berlari kegirangan sambil tersenyum tidak jelas.
Sepuluh menit berlalu, Shani telah mengganti pakaiannya dengan hoodie putih dan jeans panjang. Dengan rambut dibiarkan terurai dan memoles make up tipis ke wajah cantiknya. Padahal tanpa harus make up pun tetap terlihat sempurna bagi Viny.
Bukan. Bukan hanya Viny, tapi bagi semua orang yang melihatnya.
"Udah yuk." Ujar Shani ketika sudah duduk di sebelah Viny.
Viny hanya tersenyum dan memandang lekat wajah Shani karena terpesona dengan kecantikannya.
"Kak?"
"Eh iya. Yaudah yuk."
Viny segera menancap gasnya setelah tersadar dari lamunannya itu.
"Kak emang gapapa lagi gini keluar-keluar? Emang gak dimarahin Mama?"
"Gak kok tenang aja. Pasti sepi. Lagian aku pengen banget nyari udara segar."
"Hmm oke." Shani mengangguk dan kembali menatap lurus jalanan yang terlihat sangat sepi karena adanya pandemi. Untung saja taman yang Viny maksud tidak terlalu jauh dari rumah Shani.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih sepuluh menit, mereka pun tiba di sebuah taman yang lumayan luas. Hanya ada beberapa orang saja yang sedang berlari kecil atau sekedar menikmati udara segar di pagi hari.
Mereka berdua turun dari mobil. Entah atas dorongan apa, Viny menggandeng tangan Shani untuk duduk di sebuah kursi taman. Awalnya Shani sempat terkejut atas perlakuan manis Viny yang sudah lama tidak dia rasakan itu. Namun dia mencoba untuk menetralkan detak jantungnya demi menahan rasa gugupnya.
Viny mengajak Shani untuk duduk, menikmati udara segar yang sudah lama tidak mereka hirup. Apalagi akhir-akhir ini udara di Jakarta sedang bagus karena berkurangnya polusi kendaraan akibat pandemi.
"Seger banget ya di sini." Ujar Viny memandangi langit yang sudah terlihat cerah.
"Iya. Udah lama banget gak ke taman gini. Jakarta juga jarang-jarang udaranya seenak ini."
Viny beralih memandang wajah samping Shani yang juga ikut melihat ke langit, "Tetep masih enakan wangi badan kamu."
"Apa sih Kak, haha beda konteks ituu." Jelas. Shani sudah tersipu malu sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detik Terakhir [END]
FanfictionDua perempuan yang dipertemukan untuk saling mencinta. Ini takdir. Dan tidak ada yang bisa memisahkan mereka. Karena cinta adalah cinta, hingga detik terakhir.