Terima Kasih

1.9K 150 43
                                    

"Shaan.. kamu yang nginep di rumah aku aja yaa. Aku mau nyiapin bahan juga buat ngampus besok." Ujar Viny ketika ingat ada hal yang belum dia siapkan untuk urusan di kampusnya.

Viny dan Shani sedang berada dalam perjalanan pulang. Waktu masih menunjukkan pukul 17.30 sekarang. Mungkin saatnya mereka memanfaatkan waktu yang banyak tersisa dari biasanya untuk berduaan dengan santai.

Shani berpikir sejenak tapi akhirnya mengiyakan. Bagaimanapun juga dia sudah berjanji akan mengerti Viny. Lagipula besok juga hari Senin, kegiatan di theater libur.

"Hmm.. yaudah deh. Baju aku masih di kamu ga?"

"Masih satu kayanya. Yaudah ntar pake punya aku aja."

"Mampir ke rumah dulu ya. Aku mau ambil skincare jugaa." Pinta Shani menggoyang-goyangkan tangan Viny yang sedang mengemudi.

"Hmm dasar cewek.." Gumam Viny namun masih terdengar oleh Shani

"Kamu juga masih cewe kali!"

"Iya-iyaa ke kamu duluu."

Begitu penurutnya Viny. Bagaimana tidak? Jika dia tidak menuruti apa mau Shani, pasti perutnya sudah memar karena dicubit oleh Shani. Dia juga sudah lelah terus-terusan berdebat dengan Shani-nya itu.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh. Mobil Viny akhirnya sampai di rumahnya dan langsung menuju garasi. Rumah yang mungkin sudah cukup lama tidak Shani datangi. Lagipula waktu itu hanya bertemu sebentar dengan mama Viny di theater, pasti juga rindu untuk berbincang lebih lama.

Ketika Shani akan turun, Viny segera menahannya dengan menggenggam tangan Shani.
Sontak Shani menoleh dan kembali pada posisi duduknya.

Viny yang sudah melepaskam seatbelt-nya pun perlahan mendekati wajah Shani, dan Shani menunjukkan eskpresi salah tingkahnya.

Mungkin mereka sudah sangat dekat, tapi tetap saja, jika berada di momen seperti ini, mereka akan merasakan seperti awal mereka saling jatuh cinta.

"Kiss me, Indira.." Ujar Viny berbisik tepat di telinga Shani.

Shani pun langsung memejamkan matanya dan menautkan bibir ranumnya ke bibir Viny.

Perlahan tangan kanan Viny mengelus lembut rambut Shani, menyingkirkan rambut yang menutupi wajah Shani, kemudian turun ke pipi Shani.

Keduanya saling menikmati ciuman dengan lumatan lembut di dalam mobil.

Mereka tersenyum setelah melepaskan ciuman yang hangat itu.

"Yuk turun." Ajak Viny.

"Gimana mau turun kalo tangan aku dipegangin mulu. Kamu mau turun lewat pintu sini?"

"Bolehh. Coba deh."

Shani memutar bola matanya, "Gausah ngadi-ngadi ah. Udah sana!"

"Gapapa ih sekali-kali."

"Hadehh terserah deh."

Shani pun membuka pintu mobilnya diikuti Viny yang masih menggenggam tangan Shani. Dan.. Dia kesulitan untuk beranjak dari duduknya, namun terus berusaha mengangkat kakinya dengan menunjukkan tingkah anehnya. Ada-ada saja.

Ketika memasuki rumah, ada sang mama yang sedang asyik menonton televisi.

"Kamu dari mana, Vin? Kan udah gak theater." Tanya sang mama namun masih memperhatikan layar televisi.

"Nih.." Balasnya sambil menggandeng tangan Shani.

Seketika sang mama menoleh dan terkejut karena kedatangan Shani, "Eehh cantiik.." Shani menghampiri sang mama dan mencium kedua pipinya.

Detik Terakhir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang