Sebenarnya aku kenapa?

636 113 12
                                    

"Maaf ya Shan, tadi ada kucing nyebrang jadi aku reflek ngerem." Ujar Viny dengan rasa bersalahnya.

Shani tertawa kecil sembari mengelus-elus kepalanya sendiri, "Iya gapapa kok kak. Dikit doang."

"Btw, tadi kamu ngomong apa? Maaf agak samar aku panik takut nabrak."

"Mmm, bukan apa-apa kok. Gak penting hehe."

Sebenarnya, terbesit rasa gelisah di hati Shani tentang Becca. Namun rasanya dia sangat belum siap untuk mengutarakan ini pada Viny.

"Gak asik deh bikin kepo."

Shani terdiam dan menunduk. Pikirannya semakin terbebani.

•••

"Makasih ya Kak, udah mau nganterin lagi. Hati-hati pulangnya."

Viny hanya membalasnya dengan senyuman dan anggukkan.
Kemudian Shani langsung keluar dari mobil Viny dan berjalan menuju pintu rumah.

Namun baru beberapa langkah, Shani melihat ada seseorang yang menunggunya di depan rumah. Viny yang memperhatikan Shani berjalan pun menyipitkan matanya untuk melihat siapa laki-laki yang duduk di kursi depan rumah Shani.

Mengetahui siapa orang itu, hati Viny memanas. Dia segera menjalankan mobilnya meninggalkan rumah Shani.

"Kamu baru pulang?" Tanya laki-laki itu ketika Shani sudah mendekat. Dia adalah Erzo.

"Iya. Kamu kok di sini?"

"Aku nungguin kamu. Btw, tadi dianter siapa?"

Shani sedikit gelagapan. Karena dia takut jika Erzo memberi tahu Mamanya bahwa Shani masih dekat dengan Viny. Padahal, saat ini mereka tidak punya hubungan apapun selain.. mantan kekasih.

"Viny?" Jawaban Erzo sangat tepat, hingga membuat Shani melihat ke arahnya, "Kamu masih ada hubungan sama dia?"

"Emang aku bilang gitu?" Perkataan Shani membuat Erzo terdiam.

Sebenarnya Erzo sama sekali tidak membenci Viny. Apalagi Viny pernah menjadi partner kerjanya waktu itu. Walaupun sekarang Viny sudah pindah, namun Erzo masih tetap menghargai Viny, karena dia sangat mengapresiasi cara kerja Viny.
Hanya saja, Erzo tidak suka jika Viny membawa Shani ke hal yang 'seperti itu'.

Shani menghela nafas kasar dan duduk di kursi, "Kamu gak akan bilang kan ke Mama?"

Erzo tersenyum, "Gak kok, kamu tenang aja. Tapi, kenapa bisa kamu sama dia?"

"Aku gak sengaja ketemu dia di ultahnya temen. Kebetulan temenku magang di tempat Kak Viny jadi ya kenal. Terus Gracia dijemput Papanya, dan Kak Viny maksa buat nganter aku."
Shani menjeda kalimatnya sejenak,

"Aku udah gak ada rasa apa-apa ke dia kok, jadi kamu gausah mikir yang gak-gak." Lanjutnya diakhiri senyum simpulnya.

Namun apa yang baru saja dia katakan membuatnya tidak lega. Seperti ada yang janggal di dalam hatinya. Apa dia membohongi dirinya sendiri?

"Yaudah, kamu masuk ya. Bersih-bersih terus tidur."

Shani mengangguk.

"Oh iya, besok orang tua aku sama mama kamu bakal ke sini."
Shani mengerutkan alisnya, "Ngapain??"

"Mau dinner katanya."

"Hah? Kok mama gak bilang sama aku?"

"Oh ya?"

Wajah Shani mendadak murung. Rasanya sangat malas jika ada pertemuan seperti itu. Karena dia berpikir bahwa orang tua mereka akan membahas hubungannya dan Erzo. Padahal sebenarnya hubungannya dengan Erzo belum juga jelas.

Detik Terakhir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang