Canggung

1.6K 161 44
                                    

Hari sudah mulai sore. Keduanya sudah dalam perjalanan pulang setelah 4 jam menghabiskan waktu untuk berbelanja dan makan siang.

Kini mereka masih diselimuti keheningan karena kejadian di toilet tadi. Rasanya seperti pertama kali mereka saling suka.

Sebenarnya hubungan mereka memang tidak bisa renggang dalam waktu yang lama. Bahkan masih saling menyayangi. Namun karena perasaan gengsi satu sama lain, mereka tidak bisa secepat itu saling mengungkapkan perasaan yang sebenarnya.

"Kamu akhir-akhir ini ngapain di rumah?" Tanya Viny memecah keheningan.

Akhirnya setelah setengah perjalanan, Viny mengalah untuk membuka suaranya.
Bukan mengalah, lebih tepatnya dia ingin mencoba membuat suasana tidak lagi canggung.

"Biasa makaan, tiduran, nonton drama, terus ngehafal setlist baru kadang. Udah si gitu aja..Eh kadang juga iseng belajar masak sih hehe." Balas Shani masih dengan matanya yang menatap lurus ke depan.

"Wiih masakin aku doong!"

"Jangan ah gak enak masakannya."

"Masakan bidadari gak mungkin gak enak."

"Apasih kak, hhaha!" Shani tersipu malu diakhiri dengan ketawa khasnya. Menggemaskan sekali Shani di mata Viny saat ini.

Viny ikut tersenyum sesekali memandangi mantan kekasihnya itu yang selalu terlihat sempurna.

Viny berniat mengenggam tangan Shani yang sedang dibiarkan menganggur tidak beraktivitas apapun. Ragu. Namun dia tetap ingin melakukannya.

Sampai akhirnya tangan kanan Shani berhasil Viny genggam. Shani sedikit terkejut namun bisa menyembunyikan itu. Rasa canggung kembali muncul, terutama di dalam diri Shani. Jantungnya berdebar dan darah terasa mengalir sangat cepat.

Tidak bisa berkutik namun terlihat salah tingkah sesekali menunduk menoleh ke kaca sampingnya. Sejujurnya Shani sangat menyukai momen seperti ini. Namun dia merasa dirinya lemah jika diperlakukan seperti ini apalagi status mereka yang sudah tidak berpacaran.

Drrt drrt!

Ponsel Shani bergetar tanda panggilan masuk.

Incoming call from Kak Beby

Dengan tangan yang masih Viny genggam, Shani mengangkat teleponnya.

"Halo Kak?"

"Haii. Kamu lagi apa hehe?"

"Aku lagi di jalan nih abis belanja bulanan. Kak Beby?"

Deg!

Mengetahui bahwa Beby yang menghubungi Shani, hati Viny sakit. Dengan cepat dia melepaskan genggaman tangannya yang membuat Shani menoleh ke arahnya. Dan lihat! Viny sudah menunjukkan ekspresi tidak enaknya.

Rasanya Shani ingin cepat-cepat menyelesaikan obrolannya dengan Beby. Untung saja Beby mengerti bahwa dia sedang dalam perjalanan, dan dia tidak bertanya banyak. Jadi sambungan pun diakhiri oleh keduanya.

Shani sedikit melirik ke arah Viny karena merasa tidak enak. Keadaan tentu kembali canggung.

Yah, walaupun mereka saat ini sudah tidak memiliki hubungan apapun, namun mereka bisa mengerti perasaannya satu sama lain. Mereka memahami bahwa mereka masih saling mencintai.

"Udah sejauh mana sama Beby?" Viny kembali membuka suaranya terlebih dulu. Sejujurnya dia sangat sakit hati. Orang yang masih dicintainnya terlihat dekat dengan orang lain, terlebih lagi dia adalah teman sendiri.

"Apa deh, Kak. Aku biasa aja sama Kak Beby."

"Beby perhatian banget kok ke kamu. Bisa luangin banyak waktu lagi." Kalimat sarkas yang diutarakan Viny membuat Shani sedikit kesal. Pasalnya Shani hanya mengharapkan kehadiran Viny, bukan orang lain. Tapi sikap Viny seolah-olah menunjukkan bahwa dia baik-baik saja jika hubungannya seperti ini. Kenyatannya dalam hati Viny banyak menyimpan luka.

Detik Terakhir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang