Sapa

1K 145 24
                                    

Shani meletakkan ponsel di telinganya sembari memandangi langit-langit kamar.
Iya. Dia sedang menghubungi seseoramg namun belum juga diangkat.

"Halo,"

"Kenapa?"

"Mmm, Ge. Menurut kamu aku bilang makasih ke Kak Viny gak ya soal tadi?"

"Astaga Cici nelfon aku cuma buat nanya ini?"

"Hehe.."

"Ya kalo soal itu sih harus bilang Ci. Cici inget gak dia pernah bilang kalo dia gasuka sama orang yang gatau terima kasih?"

"Eh, iya juga ya Ge. Tapi.. aku maluu."

"Yaelah Ci. Gapapa kali itung-itung PDKT season 2 xixixi."

Shani terdiam memikirkan keputusannya. Dia sangat bingung, antara canggung dan tidak enak jika tidak bilang terima kasih.

"Ci buruan sanaa ih!"

"Eh iya iya. Doain ya Gee." Gracia hanya terkekeh karena tingkah Shani. Kemudian Shani mematikan sambungannya. Dia kembali terdiam.

"Ya ampunn, cuma perkara gini doang bisa sedilema ini sih Shaan." Monolognya heran dengan dirinya sendiri.

Shani kembali fokus pada ponselnya. Berniat mencari nama Viny di kontaknya. Dia menghentikan ibu jarinya ketika sudah menemukan nama yang dimaksud. Namun dia kembali terdiam karena rasa ragu mengalahkan keberaniannya.

Tap

Tuut tuut

Shani berhasil mengklik nama Viny. Tidak perlu menunggu lama, Viny mengangkat teleponnya.

"Halo.."

Mata Shani terbuka lebar.

"Halo..Shan?"

"Eh, ha–halo, Kak." Entah kenapa rasanya sangat gugup kali ini. Apalagi mendengar suara Viny yang begitu lembut.

"Ada apa Shani malem-malem nelfon?"

"Eumm, Kak Viny udah tidur ya? Maaf ya gangguu. Kalo gitu aku mat–" ujar Shani cepat namun segera dipotong oleh Viny,

"Shan, aku belum tidur dan kamu gak ganggu. Oke?"

"O–oke." Balas Shani nyaris berbisik.

"Terus, ada apa nelfon?"

"Ee, itu Kak. Aku, mau bilang makasih buat sushinya tadi."

Viny terkekeh mendengar kalimat yang Shani katakan.

"Kok Kak Viny ketawa??" Kesal Shani.

"Gemes banget siik."

"Kak, yang tadi dijawaab."

"Eh iya-iya. Iya sama-sama Shani. Aku kasian aja sama kamu kelaperan." Ujar Viny meledek. Tentu membuat Shani semakin kesal karena Viny paling bisa meledeknya.

"Oh, jadi karena kasiaan?"

"Emang maunya karena apa? Sayang?"

Blush! Shani terkejut mendengar perkataan Viny. Wajahnya juga memerah karena salah tingkah diperlakukan seperti itu.

"Gapapa deh. Y–yaudah, udah dulu ya Kak. A–aku mau bersih-bersih."

Shani mematikan sambungannya sepihak kemudian menggenggam erat ponselnya. Matanya terpejam sembari menahan senyumnya. Rasanya sudah lama tidak digoda oleh Viny seperti tadi.

Detik Terakhir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang