Shani mengambil tasnya yang berada di atas kasur Viny dan bangkit dari duduknya. Dalam keadaan sedang menangis, dia akan pergi. Namun Viny dengan cepat menarik tangannya.
"Kamu mau kemana?" Ujar Viny dengan perasaan khawatirnya.
"Lepas kak, aku mau pulang."
Dengan suara lemah, Shani sedikit memberontak karena Viny menahan tangannya."Ini udah malem. Stay disini."
Shani tetap berusaha melepaskan genggaman Viny, "Gak, ini masih jam 9. Aku mau pulang."
Akhirnya Shani berhasil melepaskan tangannya dan bergegas untuk turun ke bawah. Masih dalam keadaan menangis tentunya. Namun dia selalu berusaha menghapus tiap tetesan air matanya.
"Shan.. Shanii.."
Viny mengikuti langkah Shani yang semakin cepat dan terus memanggil namanya dengan suara yang tidak bisa lantang itu."Shaan.. Pulang sama aku."
"Gaperlu kak. Aku udah pesen taxi kok." Ujar Shani menyunggingkan senyum mirisnya.
"Cancel. Biar aku yang anter. Tunggu sini." Ketika Viny akan berbalik mengambil kunci mobil, Shani menahan tangannya, "Kak, please. Aku bisa pulang sendiri. Aku gamau terus-terusan ngerepotin kamu. Maaf aku selalu nyusahin. Aku..emang gapantes buat kamu."
"Shani kamu ngomong apasih?? Kenapa tiba-tiba ngomong gitu?"
Shani mendongakan kepala, menyeka air matanya yang ingin sekali jatuh, "Aku..A-aku capek kita berantem terus. Dari mulai kamu selalu sibuk tapi nyatanya pergi sama orang lain, terus masalah Erzo. Maaf, maaf kalo aku suka larang kamu ini itu, kamu main sama temen-temen kamu. Karna aku jujur takut banget kamu selingkuh lagi. Awalnya aku mau biasa aja, tapi aku ga cuma sesekali lihat kamu bersikap manis sama mantan-mantan kamu. Maaf kalo aku berlebihan. Makanya aku sadar aku gapantes buat kamu. Dan satu lagi, aku gasuka kamu nuduh-nuduh aku sama Erzo, padahal nyatanya kita udah gak ada apapun. Aku udah sering bilang, aku udah gak ada rasa sama dia.."
Shani menjeda kalimatnya, menghela nafas dan menghapus air matanya yang sudah tidak bisa dia tahan.
Sementara Viny, terlihat air mata yang sudah menumpuk di pelupuk matanya mendengar perkataan Shani. Rasanya tidak karuan.
"..Bukan berarti kemarin aku nanya dia itu aku peduli sama dia. Aku cuma berharap kalo dia balik ke Jogja, dia gak akan ganggu kita lagi. Tapi kamu selalu salah paham. Aku juga sakit kak semenjak kejadian itu. Seharusnya kamu bisa pake logika kamu, aku gak akan semudah itu cinta lagi sama orang yang mau jahatin aku. Seharusnya kamu paham gimana aku. Aku bukan kamu yang gampang melipir dan bersikap sok manis sama orang lain."
"A-aku minta maaf, Shan. Aku minta maaf kalo aku over akhir-akhir ini."
"Kamu gaperlu minta maaf kak. Aku yang salah, aku yang udah over sama kamu. Tapi kamu harus tau, aku kaya gitu karna aku cuma takut kamu ngulangin lagi. Kalo kamu emang udah muak sama aku.. bilang ya kak."
"Gak, Sayang.. aku gapernah muak sama kamu, ak–"
"Taxinya udah dateng. Aku pulang dulu ya, Kak." Ujar Shani memotong ucapan Viny kemudian tersenyum lebar sebelum memasuki taxi yang sudah dia pesan itu.
"Shanii..Shan.."
Viny menangis pasrah. Hanya bisa memandangi taxi yang membawa Shani berjalan semakin jauh dari hadapannya.
Dia benar-benar takut jika hubunngannya dengan Shani akan berakhir setelah mendengar perkataan Shani yang seolah-olah menyerah.•••
Incoming call from Cani
"Ngapain nih center nelfon. Tumben."
KAMU SEDANG MEMBACA
Detik Terakhir [END]
أدب الهواةDua perempuan yang dipertemukan untuk saling mencinta. Ini takdir. Dan tidak ada yang bisa memisahkan mereka. Karena cinta adalah cinta, hingga detik terakhir.