Sampai sehari kemudian, keduanya belum juga berkomunikasi. Bahkan Viny tidak meminta maaf pada Shani atas perlakuannya kemarin.
Sebenarnya dia merasa bersalah. Namun dia belum yakin jika harus mengajak Shani berbicara. Sesakit itukah hati Viny karena pertemuannya dengan Shani di kantornya waktu itu?
–
Sore ini, Viny sedang menyibukkan diri untuk menenangkan pikirannya dengan berjalan-jalan ke satu mall di Senayan. Memang jauh dari rumahnya. Namun itulah tujuannya hari ini. Lagipula dia ada sedikit keperluan dengan seseorang.
Kali ini dia tidak membawa mobilnya, melainkan menaiki busway untuk sampai ke Jakarta. Mungkin dia sedang ingin bebas tanpa harus fokus pada jalanan kota yang padat.
Drrt drrt
Ponselnya tiba-tiba berbunyi ketika sedang berjalan menuju pintu keluar mall tersebut.
"Halo Kak.."
"..."
"Iya jadi kok. Ini juga mau keluar. Aku langsung ke sana deh."
Viny memasukan ponselnya ke dalam totebag dan segera melangkahkan kakinya untuk menghampiri tukang ojek yang sudah dia pesan sebelumnya.
**
Shani lupa jika hari ini latihan di theater. Dia meminta Papanya untuk mengantarkannya di tempat latihan yang biasanya. Mau tidak mau dia harus berjalan kaki menuju theater karena terlalu lama jika menggunakan ojek. Lagipula jaraknya tidak terlalu jauh. Anggap saja pemanasan sebelum mulai latihan, pikirnya.
Langkah demi langkah Shani lalui. Dengan berjalan cepat, sesekali memainkan ponselnya. Tiba-tiba..
Ciit!
Dia sangat terkejut karena ada motor yang hampir menabraknya. Namun dia lebih terkejut lagi karena ada seseorang yang menarik tangannya kuat saat kejadian tadi.
"Kak.."
"Aku kan udah sering bilang ke kamu kalo jalan jangan sambil mainan hp Shanii.." Omel orang itu.
Ya, orang itu adalah Viny. Suatu kebetulan memang. Untung saja ada Viny yang dengan cepat menarik tangan Shani, sehingga insiden yang tidak diinginkan tidak terjadi.
Shani hanya terdiam. Memandangi tangannya yang masih Viny genggam. Dia tersenyum tipis. Sudah lama sekali hal ini tidak Viny lakukan.
Viny sadar akan itu dan segera melepas genggamannya.
"Makasih Kak, udah nolong aku."
"Hm. Kamu dari mana? Kenapa jalan kaki?"
Tidak bisa dipungkiri jika Viny sangat khawatir melihat Shani sendirian di jalan ramai seperti ini. Walaupun sudah sampai halte dekat mall Fx, tetap saja ini tempat umum. Apalagi dia tidak hati-hati.
"Aku, tadi salah tempat. Aku ingetnya latihan di kantor. Ternyata di theater," dalam hati, Viny tertawa. Shani memang seceroboh itu. Bahkan sudah melakukan dua kecerobohan dalam waktu berdekatan.
"Kak Viny kenapa di sini?"
"Oh, ini mau ngasih flashdisk ke Kak Putri. Kebetulan tadi lagi jalan-jalan aja. Yauda yuk masuk." Shani mengangguk dan tersenyum tipis.
Entah kenapa, setiap pertemuannya dengan Viny dia selalu merasa tenang. Apalagi tidak sengaja seperti sekarang. Yah, walaupun Viny sempat membuatnya kesal.
***
Selama latihan, Viny berada di kursi penonton bersama Kak Putri dan staff lainnya. Walaupun kebanyakan hanya mengobrol.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detik Terakhir [END]
ФанфикDua perempuan yang dipertemukan untuk saling mencinta. Ini takdir. Dan tidak ada yang bisa memisahkan mereka. Karena cinta adalah cinta, hingga detik terakhir.