Viny sedari tadi memandangi Shani yang berada di sebelahnya.
Shani yang terus diam, seperti sedang memikirkan banyak hal membuat Viny sedikit bingung harus bersikap bagaimana."Shan, udah. Jangan di pikirin." Viny meraih satu tangan Shani, dan menautkannya dengan tangannya.
"Aku bingung kak harus gimana sama Becca. Aku gamau pertemanan aku sama dia ancur."
"Shaan, dia butuh waktu untuk ngerti. Dan kita butuh waktu buat biarin dia tenang dulu. Aku janji. Aku bakal bikin kita semua baik-baik aja."
"Tapi kakak liat kan tadi dia semarah apa?"
Viny menghela nafasnya, lalu membawa Shani ke dalam pelukannya, dan Shani memeluk Viny dari samping
Saat ini keduanya sedang duduk di kasur Shani.
Iya. Viny akhirnya memilih untuk menginap karena dia terlalu khawatir dengan Shani. Lagipula, saat ini papa Shani sedang tidak di rumah."Kak.."
"Hm?"
"Ternyata lupain kakak susah ya. Bahkan pas udah bisa cuek, pas deket gak bisa biasa aja. Jujur aku selalu nyaman ada kak Viny di deket aku."
Viny tersenyum, mengelus kepala Shani lalu mengecupnya.
"Tapi, bingung."
"Bingung kenapa lagi sii??"
Shani meregangkan pelukannya dan menatap Viny,
"Aku gak mau dijodohin kak. Gimana caranya biar mama papa gak maksa aku lagi? Jujur aku muak sama semuanya, rasanya pengen kabur aja.""Jangan ngomong gitu ih. Hmm, tapi cuma ada satu cara sih."
"Apa?"
"Kita harus berani bilang. Kita harus berani demi hubungan kita.
Shan.." Viny menangkup wajah Shani dengan kedua tangannya, "Love is Love. Siapapun kita, kita berhak dapetin apa yang kita suka. Dan ke siapapun orangnya, kita berhak mencintai orang yang kita pilih. Orang lain gak ada hak buat ngatur. Karna hati kita yang milih.""Terus.. kita harus gimana?"
"Aku bakal bilang ke mama papa kamu. Dan kamu juga harus bilang kalo kamu gak suka sama Erzo, bahkan kalian gak pacaran kan sebenernya? Kamu harus bilang. Aku bakal bantu dan aku bakal mohon ke mama papa kamu buat restuin hubungan kita lagi."
"Tapi kak-"
"Sayang, gausah takut. Aku janji bakal lakuin ini buat kamu. Kita lakuin bareng ya. Bentar.."
Viny mengambil sesuatu dari tasnya. Sebuah kotak kecil berwarna hitam, yang entah isinya apa.
"Aku punya sesuatu buat kamu."
"Kak.."
"Shan, balikan sama aku lagi ya? Dan please, abis ini kita jaga hubungan kita. Jangan ada cemburu-cemburu lagi karena aku cuma cinta sama kamu. Siapapun cewek yang deket aku, aku gak akan anggep lebih dari temen atau adek. Aku gak rela kamu sama orang lain, aku pengen kamu jadi milik aku lagi.."
Mata Shani berkaca-kaca. Dia sangat terharu melihat Viny memberinya cincin yang di atasnya terdapat kelopak bunga matahari.
Shani mengangguk bersamaan dengan air matanya yang mengalir. Dan Viny langsung memasangkan cincinnya di jari manis Shani.
Sementara Viny yang memang sudah memakai cincin dengan 3 kelopak bunga sakura, memindahnya ke jari manis."Aku milih bunga matahari buat kamu karna bunga matahari itu favorit aku, sekaligus jadi icon aku semenjak di jeketi. Jadi, aku kasih ke kamu karna kamu juga orang terfavorit di hidup aku."
Seketika Shani memeluk Viny dengan erat sambil menangis. "Makasih banyak kaak. Aku sayang Kak Viny."
"Aku juga sayang kamu, Shani Indira."
"Eh bentar, aku punya bucket kecil juga." Shani melepaskan pelukannya.
"Nih, bunga favorit buat yang terfavorit, muah." Katanya, lalu mengecup pipi Shani.
"Thank you, my favorite Inyi, muah." Shani pun membalas mengecup pipi Viny
Keduanya berciuman dengan sangat bahagia. Kemudian kembali berpelukan singkat.
"Aku upload second ig ya." Ujar Shani.
"Kalo gitu aku juga mau upload ig."
Shani spontan menatap Viny, "Serius?"
"Why not?" Ujar Viny dengan senyum percaya diri, lalu keduanya mengabadikan cincin dan bunganya.
Benar-benar end yaa. Bye. Sekali lagi makasih semuanya.love love banyak banyak❤❤❤❤❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Detik Terakhir [END]
FanficDua perempuan yang dipertemukan untuk saling mencinta. Ini takdir. Dan tidak ada yang bisa memisahkan mereka. Karena cinta adalah cinta, hingga detik terakhir.