Produktif II

1.7K 164 40
                                    

"Kamu juga tadi deket-deket Kak Sinka kan? Maksudnya apa? Mau bales dendam?"

"Astagaaa! Kapan aku deketin Sinka? Wajar kita saling sapa, sama bunda juga, tadi karena kita udah lama gak ketemu. Kenapa sih kamu selalu cari-cari kesalahan aku? Kenapa Shaan?"

"..selama ini aku udah berusaha ngalah dan ngertiin kamu. Walaupun kamu sakitin aku dengan diem-diem pergi sama Erzo terus. Dua kali yang aku tau, selebihnya aku gak tau sesering apa kamu pergi sama dia. Kamu tau apa yang aku rasain? Sakit Shan. Lebih dari kamu. Tapi aku sayang sama kamu, aku gamau bikin semuanya makin hancur. Aku gabisa jauh dari kamu makanya aku berusaha sok tegar di depan kamu, apa kamu tau itu?? Gak kan?"

"..aku mohon. Kita saling ngerti. Dan please jangan sekali lagi bohongin aku. Aku ngerasa kaya sampah kalo kamu giniin aku terus."

Viny mulai menjalankan mobilnya lagi setelah semua 'uneg-unegnya' dia keluarkan langsung di hadapan Shani. Masalah Shani bisa mencerna atau tidak, itu urusan belakang. Yang terpenting Viny sudah merasa sedikit lega sekarang, walaupun sebenarnya hatinya masih sangat sakit karena Erzo.

Setelah sepanjang jalan menuju ke rumah kembali saling diam, akhirnya mereka telah sampai di rumah Shani.

"Udah ya masuk. Bersih-bersih terus tidur. Tenangin pikiran kamu. I love you, Indira." Ujar Viny mengelus kepala Shani.

Entah apa yang membuat Shani luluh, dia memeluk Viny erat dan kembali meneteskan air matanya. Mungkin karena kalimat terakhirnya.

"Maafin aku, aku salah."

Viny tersenyum dan membalas pelukan Shani tidak kalah eratnya. Dia merasa lega jika Shani sudah mengakui kesalahannya, "Sst udah gapapa. Udah aku maafin. Jangan nangis ah jelek. Eh tapi pacar aku gapernah jelek sih hehe."

Shani merenggangkan pelukannya dan metatap Viny dengan mata sendunya yang masih penuh air mata.

Sementara Viny menangkup wajah Shani dengan kedua tangannya, sesekali menghapus air matanya.

"Udah ya jangan nangis lagi. Gih masuk. Apa mau ikut aku pulang? Kan udah gak kuliah ya, ciee!"

"I-ikut boleh gak?" Tanya Shani dengan wajah polosnya yang masih cemberut. Menggemaskan!

Viny terkekeh gemas karena Shani-nya itu,
"Gemesin banget siih muah!" Ujarnya dan mendaratkan kecupan singkatnya di bibir Shani yang masih mengerucut.

"Iihh nyebelin!"

"Iya iya yaudah yuk ikut yaa. Pamit dulu sama papa sana."

"Ntar aja lewat chat. Udah ayok buruaan!"

"Eh dasaar. Gasopan ih!"

"Gapapa, cepetan gak? Puter puter puter!" Pinta Shani dengan suara cadelnya.

"Aduuh lucu banget cadel gituu. Makin gemees."

"Iiih cepetan kakaak lama deeh."

"Cium dulu dong."

"Ck!"

Cuppp!

"Naah gitu kan bensinnya udah keisi haha."

Viny pun menancap gasnya setelah mendapat kecupan dari Shani di pipinya.

Pasangan yang sangat aneh. Selalu saja tidak bisa bertengkar lama. Ya begitulah VinShan. Tidak salah jika pasangan ini menjadi favorite semua orang, bahkan tidak sedikit yang ingin menjadi pacar Viny dan Shani, karena selain memikat, keduanya memiliki keistimewaan yang tidak bisa diutarakan.

•••

Kini keduanya telah sampai di rumah Viny. Terlihat sepi, sama seperti rumah Shani. Padahal ada tiga orang di rumah ini.

Detik Terakhir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang