Berpaling

2.1K 135 30
                                        

"Astaga! Kenapa bisa telat gini sihh." Monolog Shani ketika melihat jam di ponselnya, "mikirin apa sih Shann, bisa-bisanya." Ujarnya sambil berjalan memasuki kamar mandi.

Bisa-bisanya dia terlambat ke kampus. Padahal hari ini merupakan hari pertama UAS. Mungkin karena terlalu larut memikirkan masalahnya dengan Viny, sampai-sampai dia kelelahan.

"Shan! Udah telat nih buruaan." Teriak papa Shani dari lantai bawah.

"Iya, Paa aku ke bawah!" Shani pun segera menuruni tangganya dan menghampiri papanya yang sudah lama menunggu, "maaf pah aku telat bangun hehe."

"Kok bisa? Terus mata kamu kenapa sembab?" Tanya Papa Shani penasaran.

"Gapapa, Pah. Yuk buruan aku ada UAS."

•••

"Hai, Gin!.. hai, Kak!" Sapa Viny begitu dia sampai di ruang magangnya.

Dia memang satu ruangan dengan Gina, dan kebetulan duduk sebelahan. Makanya mereka berdua memang terlihat lebih akrab dibanding yang lain.

"Hai, Vin."

"Vin..s–sorry ya buat yang kemaren." Ujar Gina ketika Viny sudah berada di meja kerjanya, "aku gatauu." Lanjut Gina menunduk.

"Eh, gapapa kok santai aja. Dia emang gitu orangnya."

"Terus hubungan kalian gimana? Baik kan?"

"A–aku..putus sama dia." Gina tersentak kaget. Dia merasa sangat bersalah karena menurutnya dialah penyebabnya, "Eh, dia sih yang mutusin." Lanjut Viny kemudian tertawa kecil.

"Ya ampun. Aku bener-bener minta maaf. Ga seharusnya aku gitu kemar–"

"Gin– sstt Gina udah gapapa." Jari telunjuk Viny berada di bibir Gina sekarang, "Kamu gak salah. Lagian kamu gatau kalo aku punya pacar kan? Ya walaupun sekarang udah mantan sih." Gina hanya mematung diperlakukan seperti itu. Apalagi penuturan halus Viny yang membuat dirinya tenang.

"M–makasih banyak ya, Vin. Kamu selalu baik sama aku."

"Sama-sama, Gina." Jawab Viny tersenyum sembari mengusap punggung tangan Gina halus, "Sekarang fokus kerja yuk!"

Mereka pun memulai untuk fokus ke pekerjaannya masing-masing. Selama ada waktu luang, mereka terkadang saling mencuri-curi pandang yang pada akhirnya mata mereka bertemu. Alhasil mereka berdua hanya saling tersenyum malu.

"Ternyata Gina cantik juga." Batin Viny, "Ah apasih, Vin!" Monolognya kemudian menghilangkan pikiran ngawurnya dan kembali berkutat pada pekerjaannya.

•••

Saat ini Shani bersama dengan papa dan Henri sedang berada di sebuah restoran untuk makan malam. Momen seperti ini sudah jarang Shani dapatkan, bahkan hampir tidak pernah lagi. Walaupun tidak ada mama dan adiknya, tapi setidaknya dia bisa berkumpul dengan keluarganya.

"Shan.."

"Hm?" Shani yang sedang fokus pada makanannya pun menoleh ke arah papanya.

"Pertanyaan papa tadi pagi belum di jawab loh." Shani mengernyitkan dahinya bingung, "Pertanyaan apaan, Pah?" Tanya Shani sedikit heran.

"Mata kamu kenapa sembab? Kamu abis nangis?" Pertanyaan spontan dari papanya membuat Shani mematung dan menghentikan kegiatannya.

"Eehm.. pasti ada masalah sama Viny." Celetuk kakak Shani.

"Ck! Paansi?!" Ujar Shani ketus, sementara kakak dan papanya hanya tertawa kecil.

"Tapi bener kan?" Kali ini papanya yang memastikan, "Ada apa sih kalian? Kalo ada masalah tuh selesain baik-baik." Lanjutnya

Detik Terakhir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang