S e m b i l a n b e l a s

513 47 5
                                    

Happy Reading Guyss


"ANGKASAA" teriakan dari seorang perempuan menggema di lorong kampus.

Perempuan tersebut pun berlari mengejar Angkasa yang sudah jauh didepan.

"Hosh.. hoshh" ngosngosannya.

"Angkasa kenapa jalannya cepat banget sih Aurora kan jadi capek ngejarnya" rajuk perempuan yang bernama Aurora itu.

"Gw gak nyuruh lo" ujar Angkasa datar.

Aurora cengengesan mendengarnya. Lalu mengangkat tangannya yang terdapat bekal disana.

"Angkasa, Aurora bawain Angkasa bekal nih. Dimakan ya" ujarnya.

Angkasa pun langsung menepis bekal pemberian dari Aurora hingga nasi dan lauknya berhamburan di lantai.

"SUDAH GW BILANG GAK USAH NGEDEKETIN GW LAGI. LO FIKIR DENGAN LO KASIH BEGINIAN GW BAKAL LULUH?" Bentak Angkasa sambil meremas sebelah bahu Aurora.

"Simpan makanan murahan lo ini" Angkasa pun berlalu pergi.

"Padahal Aurora sengaja masaknya dari subuh agar masakannya enak. Aurora tau aurora gak bisa masak, tapi ini udah masakan terenak yang Aurora buat" ucap Aurora lirih sembari menahan isakan-isakan kecil yang mau keluar dari bibirnya.

Memejamkan mata sejenak, membiarkan air matanya terjatuh kelantai. Mengusapnya dan menegakkan kepalanya. Menghela napas lalu tersenyum. Kamu harus kuat Aurora.

"Sudah gw bilang ikuti aja permainan yang dibuat dia" celutuk seseorang tiba-tiba.

••••

Deringan sebuah ponsel membuyarkan lamunan Kevan tentang apa yang terjadi tadi siang.

Arlan?

Kevan mengabaikannya karena ia tahu Arlan itu seperti apa. Sedangkan disisi lain seseorang yang sedang menelepon nya dirundung kesal.

"Lagi dibutuhin juga malah gak diangkat" kesal Arlan.

"Kan udah gw bilang bang, jangan lo yang nelpon. Si bos mah anggap lo angin lalu" celutuk Marvix.

"Bangsad lo".

Akhirnya Erlan yang turun tangan dan segera menelpon Kevan

Kevan yang mulai fokus dengan fikirannya kembali dibuatkan buyar oleh deringan ponselnya. Dia pun segera menolaknya, namun sebelum itu.

Erlan? Apa yang terjadi?

Kevan pun segera mengangkatnya.

"Lan markas di teror" ucap Erlan panik.

Kevan pun memutuskan sambungannya dan berlari mengambil jaket lalu pergi ke markas.

Sesampainya disana, dirinya dibuat bingung dengan puluhan sampah kertas. Markasnya tidak ada yang rusak atau dicoret-coret. Hanya terdapat banyak sampah kertas saja.

"Van" panggil Asgar, Arlan dan Erlan.

"Kok bisa?" tanya Kevan.

Ketua kelas Or Ketua hati?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang