T u j u h p u l u h d u a

375 37 5
                                    

Happy Reading Guyss

"Jadi gitu?" tanya Kevan setelah Kia menceritakan awal mula kejadian kelam saat itu.

Kia mengangguk lirih, "Dan gara-gara balapan itu, Vito jadi mendonorkan jantungnya buat Kia" ucapnya sedih.

Air mata yang sedari tadi di bendung akhirnya runtuh juga. Masa lalunya sangat menyedihkan, bahkan dirinya sendiri sering menertawakan masa lalunya yang miris.

Kevan seketika dilanda panik saat melihat mata Kia mengeluarkan air. Dirinya bingung harus melakukan apa sehingga yang ia lakukan menggaruk tengkuknya canggung.

Kia menarik ingusnya yang hendak keluar. "Lo gak ada inisiatif buat peluk gw gitu? Gw lagi sedih tau" Kia merengut sebal. Lagian memangnya ada kutu apa si tengkuk Kevan sehingga di garuk terus-menerus?

Kevan bengong. "Kalau cewek nangis harus di peluk?" tanyanya tak percaya.

Kia mengangguk sebal, mengumpati Kevan yang tidak peka.

"Gak bisa apa gandengan aja?" Kevan mengambil telapak tangan Kia lalu menggenggamnya.

Kia menoleh datar ke arah Kevan. "Lo pikir gw nenek yang gak bisa nyebrang sehingga harus di gandeng?" Kia mengangkat genggaman tangan mereka.
Kevan meringis. Dirinya benar-benar tidak tahu menahu soal perempuan. Karena baginya, perempuan itu terlalu menyusahkan untuk dipelajari. Tapi kini, ia ingin merubah sifatnya hanya pada Kia. Kia terlalu istimewa untuk di lewatkan.

Kevan melepaskan genggaman tangan mereka lalu berdehem untuk menghilangkan rasa grogi meskipun endingnya rasa grogi tetap menyergap tubuhnya.

"Gw beliin tas mau?" Kevan seketika teringat dengan Asgar yang selalu membujuk gebetannya yang sedang ngambek dengan barang-barang mewah.

"Gimana kalau lo beliin peti mati aja?" Kia menyunggingkan senyum manis yang malah mengerikan dimata Kevan.

"Maaf Ki, papa gw mendadak bangkrut, sorry."

Kia tertawa melihat jawaban yang Kevan berikan. "Lo hari ini aneh tau ga!"

"Aneh gimana?" tanya Kevan bingung.

"Sifat lo, mencair. Ya meskipun sedari tadi lo ga senyum eh kecuali waktu gw cerita lo ada ketawa sedikit" ujar Kia sebal di akhir kalimat karena Kevan yang menertawakan ceritanya.

"Memangnya kenapa?" tanya Kevan balik.

Kia menatap Kevan dengan kernyitan di alisnya. "Gak papa, aneh aja."

"Gak usah di dengar kalau aneh" jawab Kevan acuh. Dirinya merasa kesal dengan Kia. Sudah bagus mau berubah eh malah di komplain. Satu kata buat Kia, menyebalkan.

"Cosplay jadi tuna rungu dong gw" celutuk Kia.

"Gw gak peduli."

"Ish menyebalkan!" maki Kia. Kia berjalan ke arah tempat panah yang ada di hutan itu lalu mengambil busur dan anak panah kemudian menunjukkannya ke Kevan.

"Lo mau tau gak ekspresi Vito waktu gw menyetujui ajakan Gemi untuk balapan?"

"Kayak gini!" Kia melesatkan anak panah tersebut secara brutal ke papan panah. Saking brutalnya ada anak panah yang meleset dan menancap di pohon.

Ketua kelas Or Ketua hati?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang