T u j u h p u l u h e m p a t

371 36 0
                                    

Happy Reading Guyss

Kia menekan tombol remote tv dengan bosan. Semua saluran tidak ada yang menarik baginya. Menatap sekeliling, Kia merasa heran karena dari tadi bang Langit tidak memunculkan diri. Apa karena masih shock?

"Pa, bang Langit masih dikamar?" tanya Kia ke papanya, Derren yang duduk disampingnya dengan laptop di pangkuan.

"Dia gak keluar dari kamar sejak pagi, papa heran. Gih kamu susulin" suruh Derren dengan pandangan yang masih fokus ke layar laptop.

Kia langsung menaiki tangga menuju kamar bang Langit. Ruangan bernuansa pink hitam lah yang pertama kali menyambut kedatangannya. Melirik ke kanan kiri atas bawah mencari keberadaan abangnya, namun tak kunjung menemukannya.

"Bang Langit kemana sih?" gerutu Kia pelan.

Seketika semilir angin mengenai kulit Kia. "Sejak kapan ada angin berhembus di dalam ruangan?" tanya Kia heran.

Kia menoleh ke arah balkon yang terbuka. Berjalan mendekat karena merasa kalau bang Langit berada disana.

"Bang Langit?" panggil Kia pada sosok pria jakung yang memandang dengan tatapan kosong kearah depan.

Kia merasa kasihan dengan bang Langit. Bang Langit adalah sosok yang selalu ceria dan usil. Namun pada saat  sedang galau, bang Langit akan menjadi sosok menjadi pendiam dan menutupi diri. Entah kemana sifatnya yang usil itu.

"Bang Langit" panggil Kia sedikit keras.
Langit tersentak kaget karena suara yang memanggilnya. Menoleh kebelakang dan menemukan wajah jutek adiknya itu. "Kenapa Ki?"

"Kenapa Ki? Kenapa Ki? Seharusnya Kia yang nanya kayak gitu, abang tuh kenapa?"

"Abang gak kenapa-kenapa kok."

"Pasti karena kak Senja kan?" tanya Kia tepat sasaran.

Langit terkejut dugaan Kia yang benar. "Kamu mata-matain abang ya?" tuduh Langit.

Kia menggeleng, "Kia yang nyuruh kak Senja."

"Maksud kamu?"

Kia mendecih pelan mendengar kosa kata kamu yang keluar dari mulut abangnya. Lagi galau aja otaknya jadi bener.

"Kemarin Kia ketemu sama Kak Senja. Awalnya Kia kaget, apalagi saat mendengar kalau kak Senja pernah sakit leukimia."

"Ka-kamu ketemu Senja?" tanya Langit lirih.

Kia berjalan ke depan lalu menggenggam besi pegangan balkon. "Saat tau kalau kak Senja sakit leukimia dari Kia SMP disitu Kia menyimpulkan kalau kak Senja ninggalin bang Langit karena penyakit itu."

"Disini Kia gak bisa menyalahkan siapa-siapa karena semuanya salah. Baik kak Senja, abang dan bang Gibran. Semuanya salah. Yang bisa kita lakukan sekarang adalah memperbaikinya."

"Pesan Kia cuma satu. Tanyakan ke hati abang, masih cinta dengan kak Senja atau enggak. Jika cinta, maka kejarlah. Kalau sudah enggak cinta, maka maafkan kak Senja dan relakan dia agar hidup kak Senja yang penuh dengan penyesalan jadi damai lagi."

Langit terdiam, memikirkan ucapan adiknya. Sejak semalam dimana Senja mengakui semuanya, hatinya menjadi bimbang, namun disisi lain perasaan lega menyelimuti hatinya. "Abang gak tau" jawab Langit lirih.

Ketua kelas Or Ketua hati?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang