"Ku kira kau telah berubah, saat melihat sikapmu kepada sahabatku, kau sangat berbeda"-Aleena-
..."Hah? Apa?" tanyanya bingung
Reynand tersenyum karena melihat wajah terkejut dan bingung Aleena sungguh sangat menggemaskan, "Jalan,makan..gimana bisa kan?" tuturnya.
"Ah i.iya bisa" sahut Aleena sambil tersenyum tipis
"Yaudah gua tunggu di parkiran ya" kata Reynand sambil mengusap puncak rambut Aleena dengan mudahnya karena tinggi Aleena hanya setinggi dadanya saja padahal Aleena sudah naik di atas satu anak tangga sedangkan Reynand berada di bawahnya, dengan tindakan Reynand tadi berhasil membuat Aleena membeku.
Aleena menetralkan kembali lalu pamit untuk pergi ke kelas, "Eum iya kalau gitu gua ke kelas dulu ya, kasian Olin udah nungguin, bye" pamitnya setelah melambaikan tangan Aleena langsung menaiki anak tangga.
Setelah sampai di lantai dua Aleena kembali menghela nafas, cukup heran mengapa tiba-tiba Reynand mengajaknya jalan, ntahlah. Aleena kembali berjalan menuju kelasnya menyusul Deolin.
Tidak lama kemudian saat Aleena baru masuk ke dalam kelas, wali kelas pun memasuki kelas karena untuk dua hari ini sekolah hanya setengah hari saja oleh karena itu sebentar lagi bel pulang akan berbunyi namun sebelumnya harus membersihkan kelas dan sekitarnya terlebih dahulu, 30 menit kemudian bel pulang sudah berbunyi
"Len gua duluan ya,bokap gua udah sampe di depan bye.." ujar Deolin terburu-buru
"Eeh,Lin" baru saja Aleena mau memberi tau kalau hari ini juga ia akan melakukan tantangannya namun Deolin sudah pergi keluar kelas.
Aleena keluar kelas sendiri pergi ke parkiran untuk menemui Reynand, mata Aleena menjelajah ke setiap sudut parkiran namun ia belum menemukan keberadaan Reynand.
"Ayo" ajak seseorang yang tiba-tiba menggandeng tangan mungil Aleena dengan refleks Aleena menoleh untuk melihat siapa orang yang tiba-tiba menggandengnya, Reynand.
Aleena melihat ke tangannya yang di genggam oleh tangan yang lebih besar dari tangannya, Reynand membawa Aleena pergi ke tempat motornya terparkir. Reynand menaiki motornya sebelum ia memakai helmnya ia berhenti sejenak.
Aleena mengerutkan dahinya,"Kenapa?" tanyanya, Reynand menoleh lalu menggelengkan kepalanya.
"Ayo naik" kata Reynand memintanya untuk naik, Aleena menaiki motonya.
"Udah?" tanya Reynand,Aleena menganggukan kepalanya.
Motor Reynand sudah meninggalkan sekolah namun beberapa saat kemudian motor Reynand berhenti di depan toko helm,
"Kok berenti di sini? Udah sampe?" tanyanya bingung, karena yang ia lihat di depannya ialah toko helm, ngapain Reynand ngajak kesini?.
Reynand menggelengkan kepalanya, "Ngga belum, kesini dulu yaa, ayo" ajaknya lalu kembali menggandeng tangan Aleena.
Mereka berdua memasuki toko helm ini, "Selamat siang ada yang bisa saya bantu?" tanya sang penjaga toko.
"Eum saya cari helm buat cewe mas" kata Reynand meminta barang yang ia inginkan.
Aleena mengerutkan dahinya lagi-lagi ia di buat bingung, buat apa Reynand membeli helm untuk cewe? Oh apa ia beli buat pacarnya kali ya? Ah ntahlah.
"Oh ada Kak di sebelah sini,tapi tinggal warna putih saja Kak" ujar penjaga toko mengarahkan pada rak di pojok sana.
Reynand mengikuti penjaga toko pergi ke rak itu, Reynand melihat-lihat helm yang berwarna putih itu, sesudah memerikasanya ia memanggil Aleena untuk menghampirinya,
KAMU SEDANG MEMBACA
Love in silence
Teen FictionSebuah kisah perjalanan cinta Aleena Fabrisia Zeline, Aleena biasa dikenal dengan gadis pendiam dan belum pernah merasakan jauh cinta, dan ini saat pertamanya.. "Ah elah ga usah bertele-tele dah langsung intinya aja" acuh Aleena, "Ok,ok gu..GUA MAU...