Tidak seperti firasat Vee, justru sejak hari dimana pria itu merelakan lututnya tertumpu dengan paping akibat bentuk tanda syukur atas kesempatan yang, ya, sebenarnya belum tentu ia berikan, dari hari ke hari keadaan selalu nyaman, tentram dan damai sejahtera. Hal baiknnya lagi adalah; sejak dua hari belakang, Rose tidak dibuntuti oleh Vee lagi.Bahkan.
Rose sendiri merasakan bagaimana tidak ada hambatan yang berlalu lalang seperti lakon di sinetron yang menjelaskan keretakan rumah tangga akibat terbongkarnya rahasia dan kembalinya sang mantan, yang sudah pasti bakalan banyak drama yang menghantui.
Seperti contoh, ini yang dipikirkan Rose tentang Zara, mantan istri pria yang tengah satu minggu penuh tinggal bersamanya. Pernah sekali Rose tidak sengaja berpapasan dengan wanita itu di supermarket, hal lain yang membuat Rose lega adalah; Zara terlihat baik-baik saja, namun ada hal tak terduga yang mampu membuat Rose sampai melongo seperti orang bloon.
Saat itu Zara mengatakan. "Maaf atas kesalahanku, pasti Vee sudah mengatakan semuanya. Ku harap kau tidak menganggap serius dan anggap saja tidak pernah terjadi apa-apa. Aku sangat menikmati hidup bersama Vee."
Shit.
Rose kala itu mengumpat dengan sumpah serampah bahkan mengutuk Zara dalam hati, kata-kata kotor yang seharusnya bisa ia keluarkan dengan amat sangat keras terpaksa ia telan mentah-mentah. Apa jadinya jika Rose mengatakan itu semua. Bisa-bisa banyak kegaduhan yang akan merekam aksinya, dan jelas dapat membuktikan omong kosong artikel yang mengatakan jika Vee Kanesh Bellamy tengah berselingkuh hingga menggugat cerai sang istri. Rose tidak bodoh, para reporter pasti sedang melakukan gencatan senjata untuk mencari secuil informasi atas kandasnya rumah tangga ayah dari anaknya.
Sampai hari ini pun, Rose tetap menekuk wajahnya, senyum saja ia ogah. Sangat, sangat, sangat, sangat, sangat, sangat ingin sekali mencakar wajah Zara. Bukan karena cemburu, oh, kenapa Rose memikirkan soal rasa menggelikan itu.
Bukan itu, ya.
Rose hanya ingin Zara menyesal, atau setidaknya minta maaf, bukan berlaku congkak dan menganggap itu adalah sebuah kesalahan kecil.
Rose sempat membayangkan kehidupan Zara bersama Vee yang tidak ia ketahui. Meskipun pria itu pernah bilang tidak pernah sekalipun mencintai Zara, bahkan menyentuh saja tidak. Tapi, bukankah memandang Zara sama saja dengan memperhatikan wanita itu, tidak mungkin dalam satu rumah, Vee tidak pernah melakukannya, bayangkan, selama delapan tahun, mustahil Vee tidak tertarik walaupun sedikit.
Oh, my goodness.
Ada apa dengan otakku. Rose menggerutu dalam pikirannya sendiri. Menyiapkan sarapan dengan tidak hati-hati. Membanting peralatan yang entah itu di sengaja atau tidak, karena saat matanya melirik ke arah kanan, ia dapat melihat sosok pria yang membayanginya selama seminggu ini berjalan kearahnya, otomatis otaknya langsung saja gentayangan tentang mantan istrinya yang tentu saja bernama Zara.
Apalagi.
Oh.
Pria itu terlihat sangat tampan. Rambutnya disisir kebelakang. Menggunakan kemeja yang dilipat sampai siku, kancing yang tak penuh menyisakan dada yang terlihat sexy. Rose mengumpat. Pasti Zara menikmatinya selama ini. Itulah satu-satunya yang dipikirkan oleh Rose.
"Sudah puas memandangiku." ucap Vee seduktif, pria itu lebih mendekat. "Pipimu merah." Lanjutnya.
"Singkirkan tanganmu." Ah, Rose kecolongan, ia baru sadar jika Vee tengah sangat mulus melancarkan aksinya untuk meraba pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CUDDLE
Romance"Waah, hadiah di pertemuan pertama dengan satu tamparan, bukankah ini keterlaluan," racau Vee. "Harusnya kau menciumku, atau bagaimana kalau kita di ranjang saja, bukankah kau ahli untuk urusan seperi itu, Nona Rose?" Rose tercekat bagai menelan dur...