Entah pikiran apa yang merasuki Vee saat tubuhnya masuk hunian calon istri. Meski hati meyakinkan jangan, karena memang tak memiliki status sah sebagai istri, namun, saat mengingat bahwa dirinya butuh rengkuhan hangat, maka tak butuh waktu lama bagi Vee untuk membelokkan mobilnya.Di jam ini, hanya akan ada pak Anton, karena pembantu rumah tangga sudah Rose pulangkan. Saat Vee menyembunyikan klakson, pak Anton yang sudah bekerja bersama Vee selama bertahun-tahun itu tak ragu membukakan gerbang.
"Selamat malam Tuan."
"Malam. Terimakasih pak." Balas Vee setelah itu menurunkan kaca mobil dan memarkirkan kedaraan di dalam.
Vee tak lagi menggunakan mode otomatis seperti dulu dengan hanya mengucapkan kata "Vante" pada gelam jam canggihnya, ia cukup tahu diri jika sekarang rumah ini bukan miliknya lagi, karena setelah Rose memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Vee beberapa saat lalu, Vee benar-benar pergi.
Mengingat itu Vee tersenyum, mau pergi sejauh apapun, kalau keduanya saling mencintai, mana bisa dipisah lagi sih.
Saat Vee memasuki hunian besar itu, ia sadar lampu sudah padam, ia merutuki diri sendiri karena saat melihat ke arah jam dinding, saat ini menunjukkan jam 11 malam, pasti Rose sudah tidur.Hari ini cukup melelahkan dan menguras habis tenaga Vee, pria itu butuh sebuah pelukan, untuk mengisi energi karena esok hari, saat petang datang, rencana penangkapan Folltress akan ia lakukan.
Membuka knop pintu, ternyata Rose sedang memiringkan tubuh sembari tangan berselancar dengan ponselnya.
"Selamat malam nona Ever." Vee menyapa sembari langkah kecilnya terus mendekat.
Rose tak begitu terkejut mengingat hal ini pertama kalinya di lakukan pria itu, menerobos masuk tanpa pemberitahuan. Dibandingkan terkejut, Rose justru senang minta ampun.
"Kamu kesini pasti mau ngajak aku bikin anak kan?"
Astaga, senyum Vee yang terlihat lebar tiba-tiba berubah suram. Nona Ever-nya ini selalu tidak lupa tentang pembuahan.
"Enggak, aku cuma mau tidur, dipeluk kamu." jawab Vee yang segera mendekatkan diri untuk mencium kening calon istri."Yaaah. Nggak asik. Itu kamu bawa apa?" Sembari duduk, Rose melihat Vee membawa paperbag di tangan kanannya.
"Baji ganti sayang, aku mau mandi dulu, setelah itu mau tidur sama kamu."
Rose mendengus, "Cuma tidur? Nggak ngapa-ngapain. Aku kecewa lho."
Vee geli sendiri. "Aku tidur, tapi kalau kamu mau apa-apain terserah, dengan satu catatan, jangan ganggu adik, takut bangun, kalau bangun bakalan repot nantinya."
Lantas keduanya tertawa terbahak, pembicaraan macam apa sih sebenarnya yang mereka bahas. Namun saat tawa terhenti, Vee berpamitan untuk membasuh diri. Tubuhnya sudah sangat lelah, ingin cepat berbaring.
Sedangkan Rose yang tiba-tiba kejatuhan durian senang-senang saja, siapa yang tidak senang saat merasa kesepian kekasih datang tanpa diundang.
Gemericik dari bilik mandi menggugah otak nakal Rose, ingin wanita itu untuk ikut masuk kedalam, tapi harga diri Rose sudah terlalu ia jatuhkan berkali-kali, jadi niat nakal itu ia urungkan.
Dan disaat Vee keluar dari kamar mandi, Rose sedikit kecewa, biasanya dalam novel erotis, para selalu menggunakan dalaman boxer saja setelah sesaat keluar dari membasuh diri, tapi lihat Vee, pria itu memakai piyama panjang, atas dan bawah panjang, mata Rose tidak mendapatkan hiburan.
"Harusnya kamu keluar itu dalam keadaan shirtless, biar aku dapat pemandangan bagus.
"Otak kamu lama-lama minta di cuci."
KAMU SEDANG MEMBACA
CUDDLE
Romance"Waah, hadiah di pertemuan pertama dengan satu tamparan, bukankah ini keterlaluan," racau Vee. "Harusnya kau menciumku, atau bagaimana kalau kita di ranjang saja, bukankah kau ahli untuk urusan seperi itu, Nona Rose?" Rose tercekat bagai menelan dur...