"Saya tidak suka kebisingan atau keributan. Silahkan tulis semua yang ingin anda tanyakan. Nanti saya Jawab satu-persatu." Vee mengatakan itu dengan raut begitu datar.Sepasang lima meja kursi bersejejer dengan microphone yang sudah terpasang dengan rapi. Vee duduk paling tengah, disebelah kanannya ada Jeffry dan Fernandez, lalu disebelah kirinya ada James dan Yogi. Dihadapannya beberapa wartawan yang sudah terseleksi bisa memasuki perusahaan Vee.
Berita keluar yang begitu heboh tak bisa mencegah Vee untuk langsung ambil tindakan, membuat pengumuman untuk membuat klarifikasi, secara dadakan. Persetan dengan Rose yang sebelum-sebelumnya melarang. Ini sudah termasuk kegawat daruratan, keterlaluan yang bisa merugikan banyak pihak.
"Vee, kau yakin?"
"Seratus persen bang." Vee menjawab pertanyaan Yogi yang tepat berada di sisi kirinya.
"Baik, semua sudah aku siapkan." ucapnya. "Jam, untuk skandal barusan, itu bagianmu." Giliran Yogi berbicara kepada James.
"Sip. Serahkan padaku." James begitu santai. Ya jujur saja. Jika ia sebagai Vee, sudah sedari dulu ia menangani masalah sepele ini.
"Vee kenapa wajahmu seperti itu? Persis sepertiku." Jeffry bertanya sembari menunjuk mukanya sendiri.
Bisa dikatakan Vee dan Jeffry memiliki pahatan sempurna yang sayangnya membiru seperti digebukin masa. Jika Jeffry seperti mendapat luka baru dan masih banyak darah tersisa kemerahan di wajahnya, berbeda dengan Vee yang hanya berbekas lebam saja.
"Aku yang melakukannya." Fernandez menjawab. "Dua hari yang lalu. Disengaja. Tapi kami langsung baikan setelah itu."
Jeffry praktis menjatuhkan rahang saat itu juga. Masalahnya ada apa? Banyak kejadian mendadak yang membuatnya seperti kambing conge. Bahkan saat ini pun Jeffry masih bingung mencerna keadaan.
Jeffry bingung?
Baik.
Yang pertama, ayahnya itu datang dan secara tiba-tiba memukulinya, untuk alasan ini Jeffry paham karena ada video manipulasi dirinya beradegan seksual bersama Rose tersebar di media masa, tapi satu hal yang membuat Jeffry begitu penasaran, perihal ayahnya yang tadi berkata tujuan datang ke Indonesia adalah ingin menemui Leon. Pertanyaannya, sejak kapan ayahnya tahu tentang Leon bahkan dirinya atau Rose saja belum memberitahukan?
Yang kedua. Disaat genting terjadi, tiba-tiba ayahnya itu mendapat panggilan telepon dari Vee. Pertanyaannya, sejak kapan kedua orang yang duduk di masing-masing sisinya ini mulai berhubungan sampai bertukar nomer telepon segala?
Yang ketiga. Luka memar di wajah Vee akibat ulah dari ayahnya. ADA APA? Jeffry ingin berteriak menuntut jawaban. Tapi waktunya sangat tidak tepat.
Yang keempat. Saat ini. Klarifikasi tanpa Jeffry ketahui apa yang akan diklarifikasi. Ia masih begitu syok dengan video murahan itu. Bahkan untuk berkata ataupun menyanggah saja ia masih kebingungan. Jeffry tidak pernah sekalipun berhadapan dengan media masa, apalagi banyak kamera dan wartawan di depannya. Ini sungguh memusingkan.
Vee masih bersikap tenang saat para utusan mengumpulkan kertas pertanyaan untuk diserahkan padanya nanti. Tapi yakinlah, dalam hatinya sangat gusar, memikirkan bagaimana keadaan Rose sekarang. Vee berharap wanita itu tidak terguncang.
"Pak. Kuserahkan pada anda."
Vee mengangguk, menerima kertas dan diletakkan di samping kiri tangannya. "Sebelum saya membaca dan menjawab pertanyaan. Saya akan menunjukkan sesuatu yang mungkin sebagian besar adalah jawaban dari yang anda-anda sekalian tulis di kertas ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
CUDDLE
Romance"Waah, hadiah di pertemuan pertama dengan satu tamparan, bukankah ini keterlaluan," racau Vee. "Harusnya kau menciumku, atau bagaimana kalau kita di ranjang saja, bukankah kau ahli untuk urusan seperi itu, Nona Rose?" Rose tercekat bagai menelan dur...