46. Kebingungan Dera

643 155 26
                                    


Dera mana bisa tenang setelah cucunya menutup sambungan telepon sepihak saat ia saja belum selesai menuntaskan rasa penasaran perihal Vee dengan kehebohan di media sosial. Ibu mana yang tidak khawatir. Bohong jika Dera sama sekali tidak perduli dengan putra satu-satunya itu. Mungkin Dera memang sedang menghukum Vee, tapi tidak serta merta juga menghilangkan hati nurani.

Tapi jika kejadiannya sudah seperi ini; seperti berita yang baru saja Dera saksikan lewat ponselnya-Vee yang sedang berpelukan dengan Zara-maka Dera tidak bisa tinggal diam saja. Dera sudah cukup lega saat Vee tersadar jika sudah Zara bohongi dengan habis-habisan. Dera juga sempat mengelus dada melepas himpitan yang selalu menyesakkan saat Vee tak kunjung membuka mata akan kebenaran.

Lalu apa ini? Cucunya baru saja mengatakan jika akan mengurus Daddynya. Artinya Leon sekarang bersama Vee bukan?

Dera tidak tenang. Maka dari itu, langkah besarnya menuju Hotel Diamond Sand untuk menuntaskan rasa penasaran tengah ia lakukan saat ini juga. Sedari tadi Dera mencoba menghubungi Yogi untuk memastikan berita itu, namun nihil, Dera hanya disambut dengan suara operator yang mengatakan jika keponakannya sedang sibuk menerima panggilan lain.

Akhirnya Dera menyerah.

Dera memiliki aura terhormat dengan balutan sederhana namun terkesan berwibawa. Berjalan pelan tak kentara tergesa setelah keluar dari benda bermesin yang langsung disambut oleh Raymond diambang pintu raksasa di tengah-tegah gedung.

"Selamat siang, Bu. Tuan Vee berada di kamar Tuan muda Leon." Raymond tanpa basa basi menginfokan.

Wanita paruh baya itu membuang napas gusar sebelum melirik Raymond kemudian. "Jelaskan sesingkat mungkin, situasinya." Perintah Dera tegas namum tak menghentikan langkah.

Keringat jatuh di pelipis Raymond, seperti menghadapi ujian akhir dunia, seakan bawahan seperi Raymond akan mati dengan sia-sia. Bagaimana tidak, perangai atasannya seperti orang yang akan melahap hidup-hidup mangsa dalam satu terkam saja.

Tapi Raymond adalah pria tegas yang tak dapat goyah dengan mudah, ia pria kepercayaan seorang Dera, seorang juragan kamar yang sudah merancah internasional, siapa yang tidak kenal Dera, hampir semua orang dengan embel-embel konglomerat di nama belakangnya tahu bagaimana sosoknya-yang sayang sekali dalam delapan tahun belakang seakan ditelan bumi, menghilang dari peradaban dan mengasingkan diri di Singapura tanpa sepengetahuan-bahkan putranya sendiri tak tahu akan hal itu.

Semua karena cucunya.

Cucu yang dalam buku keluarga menjadi anak keduanya.
Cucu yang terancam nyawanya oleh sebab otak brilliant yang mendekam dalam otaknya.

Cucu yang dewasa sebelum waktunya hingga kerumitan tentang kedua orang tua harus ia tanggung juga.
Leon Audero Bellamy, itulah namanya. Laki-laki kecil dengan lirikan tajam persis seperti Vee Kanesh Bellamy.

"Tuan Vee pingsan." Dera sontak berpaling muka hingga menghentikan pijakan kakinya, alisnya mengkerut. "Tuan muda Leon melempar kepalanya dengan bola basket." Raymond melanjutkan.

Masih dengan tatapan bertanya, Dera memandang Raymond tanpa berkata. "Tuan muda Leon tidak mengatakan apa-apa. Dilan memberitahu saya jika Tuan Vee dan Nyonya Zara-"

"Wanita itu bukan Nyonya-mu, Ray." Dera langsung menghentikan ucapan Raymond saat pria itu sangat tidak tepat menyelipkan sebutan kehormatan di depan nama Zara.

"Maafkan saya, Bu." Raymond bahkan langsung meminta maaf, ia hanya bawahan, sedangkan ia tahu jika Zara dulu adalah Nyonya di keluarga Bellamy, maka Raymond pun lupa bagaimana menghilangkan kebiasaan dengan orang yang lebih tinggi derajatnya dibandingkan dirinya.

"Lanjutkan, kenapa Vee dan Zara?"

"Dilan mengatakan kepada saya, sebelum Tuan Muda Leon melempar bola, Tuan Vee dan Zara sedang......maaf, berciuman di dalam lift."

"Duasaaar, bocah edaaaaaan." Dera mengamuk menggunakan logat Surabaya tempat kelahirannya.

(*Dasar, anak gila)

Tentu saja Dera marah. Vee keterlaluan. Bagaimana bisa putranya yang bodoh itu semakin tua semakin bodoh saja. Ya Tuhan, Dera rasanya ingin memasukkan Vee dalam perutnya lagi, siapa tahu nustrisi saat mengandung dulu tidak penuh dengan gizi.

"Tunggu Bu. Tuan Vee tidak bersalah. Mungkin memang benar yang dikatakan Tuan muda Leon jika Tuan Vee....maaf, bodoh, tapi dalam kasus ini Tuan Vee di jebak. Zara memasukkan obat perangsang."

"Sama saja, itu bodoh namanya."

Meskipun begitu, Dera tetap terkejut, ada setitik cairan yang menggantung di pelupuk matanya. Malang temen nasibmu, Nak. Dera mengelus dada, bagaimana bisa putranya selalu dicurangi oleh Zara. Dera lantas menyalahkan diri sendiri karena gagal mendidik dan melindungi Vee.

"Tapi dia baik-baik saja 'kan?" Pertanyaan Dera melunak dengan nada lirih.

Raymond tersenyum, "Tuan muda Leon sudah memanggil Dokter Liam. Tidak ada yang buruk, hanya saja Tuan Vee mengalami demam saat ini."

"Siapkan mobil kesehatan, kita bawa ke rumah sakit sekarang."


Sign,
Pee🍂

CUDDLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang