Rose cemberut mendengar kata-kata Vee, bahkan setelah semua hal yang telah ia katakan dan lakukan, pria itu justru memandang Rose dengan tatapan seperti itu, tak berubah semenjak awal kedatangannya, memuja seolah Rose adalah wanita paling indah di dunia.Tidak ada tatapan jijik, menghakimi ataupun hal mengerikan lainnya atas kebodohan yang Rose buat sebelumnya. Kenapa ada pria dengan jenis seperti itu?
"Karena dinner gagal, mau memasakkan makanan buatku? Aku lapar." Mendengar itu, Rose bangkit untuk menerima perintah, membereskan kotak obat yang berserakan di ranjang untuk segera bangkit dari duduknya, namun sebelum ia benar-benar keluar dari kamar, Rose terlebih dulu mengganti gaun super hotnya menjadi baju rumahan, kepalang malu.
Kini, setelah mengobati luka di kening prianya, Rose tampak sedikit lega meski saat berjalan menuju dapur dengan jantung yang masih berantakan, ya Tuhan, rasa bersalah begitu besar dan memalukan.
Kedatangan Vee untuk mengajak wanita itu keluar makan malam romantis berakhir naas saat Vee baru saja memasuki rumah Rose dengan sambutan yang tak pernah ia duga sebelumnya.
Vee yang masih termanung diranjang nampak menelan ludah dengan kasar mengingat Rose dengan belahan dada terbuka dan gaun super sexy. Wanita itu berniat menggoda dan membuat Vee masuk perangkapnya untuk melakukan acara malam panjang, panas dan penuh hasrat.
Vee yang ditarik paksa tak sengaja memasukkan sepatu kedalam karpet sehingga keningnya naas bertabrakan dengan ujung tangga, Rose merasa malu namun Vee yang merasa baik-baik saja berusaha menenangkan meski ingin tertawa dengan alasan Rose; wanita itu ngotot ingin hamil, seperti alasan sebelumnya, untuk mengikat Vee karena pria itu terlalu lama menggandengnya ke pelaminan.
Mendengar derap langkah dari belakang, Rose memalingkan wajah. "Aku tidak akan berhenti memaksa ingin hamil sebelum kamu benar-benar membawaku ke pelaminan. Pilihan hanya dua, aku hamil atau menikah sekarang juga." Kata Rose dengan tegas, menghentikan langkah Vee.
"Sayang...."
Rose menaikkan alisnya untuk menantang. "Apa?"
"Jangan gila, hamil setelah menikah, oke," ucap Vee pasrah, akhirnya.
Apa yang bisa dikatakan Vee untuk menolak Rose? Masih ada rahasia yang ia simpan. Meskipun begitu, Vee sangat ingin menikahi Rose saat ini juga, tapi memang belum saatnya. Rose pantas mendapatkan Vee dalam kondisi terbaik pria itu, seperti disaat semua masalah tidak membelenggu keluarga kecilnya. Vee hanya meminta Rose sabar sedikit saja meski alasan tak mungkin dapat ia sampaikan secara terbuka.
"Yasudah, aku ingin keluar, ayo lanjutkan rencana awal, dinner." Rose melepas celemeknya, dan berjalan mendekati Vee, Rose bisa melihat pria itu hampir putus asa. "Aku ingin memperbaiki suasana hatimu karena ulahku, kita makan di restoran, privat room, romantis dan bisa menikmati pemandangan danau." Karena rencana ini sangat diminati Vee sejak awal.
Usul yang sangat bagus. Vee mengangguk dengan senyum selebar mungkin, privat room memang pilihan yang sangat tepat dengan pemandangan danau yang begitu menggiurkan.
Rose menghampiri Vee lebih dekat, menarik Vee kedalam pelukannya. Vee sontak menutup mulutnya, takut-takut Rose akan mencium, Vee belum siap sesaat melihat kondisi jantungnya yang baru saja tenang. Namun Rose mencibir melihat respon Vee yang sampai sebegitunya."Levelku bukan di ciuman lagi, tapi ranjang." Kata Rose sambil terkekeh. Sesaat kemudian, justru Vee yang mendaratkan ciuman lembut di kening Rose, seperti biasanya. "Aku semakin mencintaimu. Ayo lakukan malam panas sesukamu setelah kita menikah nanti, hasilkan anak kembar yang banyak. Oke."
"Terlalu lama, tapi okelah."
"Good girl." Vee mencium kening Rose lagi dengan gemas. "Kamu harus tahu, aku punya alasan untuk semua hal yang aku lakukan atau permintaan kamu yang aku tolak, percaya, aku akan melamarmu dengan benar."
KAMU SEDANG MEMBACA
CUDDLE
Romance"Waah, hadiah di pertemuan pertama dengan satu tamparan, bukankah ini keterlaluan," racau Vee. "Harusnya kau menciumku, atau bagaimana kalau kita di ranjang saja, bukankah kau ahli untuk urusan seperi itu, Nona Rose?" Rose tercekat bagai menelan dur...