Isi rapat tidak semenegangkan seperti yang dibayangkan oleh Rose. Nyatanya, Dera hanya meminta maaf atas ketidak profesionalan yang ia lakukan selama beberapa tahun ini tanpa mau menjelaskan apa alasannya, namun tentu saja Rose sangat tahu alasannya, karena bersembunyi bersama Leon anaknya.Rose sempat marah kepada Dera sebab menyembunyikan Leon begitu lama. Tapi belum sempat Rose melayangkan protes, Vee sudah menjelaskan kronologi sebenarnya. Alih-alih marah, Rose lebih memilih untuk berterimakasih, yang sebesar-besarnya.
Kembali ke rapat hari ini.
Satu hal lagi yang disampaikan Dera adalah mengenahi acara ulang tahun perusahaan Diamond miliknya yang akan diadakan dua hari kedepan. Wanita paruh baya itu mengharapkan kehadiran kolega bisnis sekaligus karena ada beberapa hal yang ingin disampaikan.
Jujur, Rose sedikit khawatir tentang apa yang akan dikatakan Dera nantinya. Apakah tentang Leon dan Lily? Rose sangat berharap jangan sampai Dera membuat pengumuman.
Rose sedari tadi juga meremat-remat tangannya di bawah karena melihat sosok angkuh Vee yang sama sekali tidak mau menatap dirinya. Jarak hanya terjeda satu kursi milik Candra, tapi pria itu seakan mengabaikan kehadiran Rose.Rose masihlah manusia, bukan makhluk tak kasat mata.
Kau keterlaluan Vee.Bukan begini caranya. Maksud Rose kenapa harus tidak saling bertegur sapa. Mereka memiliki buah hati di antara keduanya, tidak harus menjaga jarak sampai berdiaman juga bukan.
"Vee, aku ingin bicara."
Rose berbisik saat rapat baru saja bubar. Lantas Vee menoleh karena memang dirinya mendengar meskipun hanya samar.
Vee mengangkat alis. "Sekarang?" tanyanya lembut.Rose mengangguk, ada sedikit hangat yang merengkuh dadanya. Nyatanya Vee tidak acuh terhadap dirinya. Ia sedikit lega.
"Di ruanganku."
Keduanya berjalan bersama. Mungkin pemandangan ini tak begitu aneh mengingat keduanya memiliki ikatan kerja sama yang kuat dalam urusan bisnis, maka tidak ada sedikitpun kecurigaan.
"Kenapa kau mendiamiku?"
Satu pertanyaan keluar dari mulut Rose saat pintu ruang kerjanya baru saja tertutup, bahkan Vee belum sempat mendudukkan bokongnya.
"Lalu aku harus bagimana? Itu keinginanmu, Rose. Aku hanya melakukan yang terbaik."
"Setidaknya kita punya kepentingan untuk membicarakan anak-anak?"
Vee sedikit mengerutkan keningnya. "Apa ada masalah dengan Lily dan Leon?"
"Tidak."
"Lalu?"
Rose diam.
"Aku hanya akan menemuimu jika ada hal penting tentang anak-anak atau urusan perusahaan. Aku rasa itu cukup membantuku, Rose. Jangan membuatku kesulitan. Dengan begini saja aku tidak rela keluar dari ruangnmu sebelum memelukmu. Apa kau ingin aku seperti itu?"
Rose menggeleng.
"Makanya. Jangan sampai hal sepeti ini terulang kembali."
"Setidaknya ayo berteman dan saling bertegur sapa."
"Itu terlalu sulit untukku. Aku mencintaimu Rose, tolong pahami itu."
Pria ini terlalu indah untuk dilupakan, namun telalu menyakitkan untuk dimiliki. Rose tidak bisa memilih diantara keduanya. Mungkin menjadi teman akan jauh lebih baik meskipun ada perasaan berat yang harus ditanggung bersama. Nyatanya bukan hanya Vee saja yang mencintai, Rose juga merasakan hal yang sama.
"Maka kita biasakan sembari melupakan. Kita tidak bisa terus-terusan berdiam diri sedangkan ada anak-anak diantara kita. Akan kelihatan aneh."
Lantas Vee tidak tahu harus menjawab bagiamana. Kemaren, selama tiga hari Vee tak bisa tidur walau sedikitpun. Ia merasa tubuhnya terlalu lelah dengan banyak sekali pikiran, iya, memikirkan wanita di depannya ini, wanita yang begitu ngotot minta berpisah tapi enggan diabaikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
CUDDLE
Romance"Waah, hadiah di pertemuan pertama dengan satu tamparan, bukankah ini keterlaluan," racau Vee. "Harusnya kau menciumku, atau bagaimana kalau kita di ranjang saja, bukankah kau ahli untuk urusan seperi itu, Nona Rose?" Rose tercekat bagai menelan dur...