78. Penangkapan Foltrees

229 54 3
                                    


Negara digegerkan dengan kenyataan yang baru saja terungkap. Koruptor, pengusaha licik sampai beberapa bank sebagai tempat penyimpanan uang gelap terbuka di khalayak umum dimana semua tersangka berterkaitan dengan Folltress si tua bangka mafia incaran Vee.

Good job.

Satu-satunya tempat yang saat ini sedang ramai ingin ditindak lanjuti oleh aparat yang syok dengan berita ini adalah dermaga ujung kota, dimana tempat itulah yang sebagian besar menjadi wadah transaksi utama yang berkaitan dengan Folltress, yang diberitakan di seluruh penjuru melalui videotron.

Tepuk tangan untuk Leon.

Dengan begini, rencana Vee total mulus berjalan dengan lancar.

***

Lima belas menit yang lalu-Bandara Samanta.

Vee bersama team memusatkan pandangan pada salah satu orang-intrukstor pengawas. "Berapa lama lagi?" Vee bertanya.

Instructor berjenis kelamin laki-laki itu mengamati penuh layar besar di depannya. Melihat dimana titik letak pesawat yang sedang membawa tubuh Folltress beserta antek-anteknya. "Lima belas menit lagi Tuan." jawabnya.

Vee mengangguk, pria itu keluar ruangan setelah menoleh ke arah Yogi yang sudah bersiap dengan ipad ditangannya. "Bang, terimakasih." ucap Vee.

Sangat tiba-tiba dan kalimat itu membuat Yogi menyerana hingga menatap Vee dengan iba. "Tugasku," jawabnnya.

"Vee, apa kau yakin? Masih ada sisa lima belas menit sebelum kau membataklan semua ini?"

"Dan seumur hidup anakku dalam bahaya. Begitu Jam?"

James memegang kepala, pening mendadak melanda. Mungkin benar yang dikatakan Vee, tapi mungkin juga ada cara lain selain ini. Namun satu fakta yang harus pasrah diterima adalah, James tidak mampu memberi masukkan untuk ide selain ini.

"Tolong pastikan saja hal ini tidak bocor ke khalayak ramai." Pinta Vee.

James mengangguk.

Rencananya memang begini. Vee memutar otak. Kenapa Vee memilih bandara Samanta dari pada dermaga ujung kota?
Karena, jika saat ini Vee berada disana, maka keterlibatan Vee dengan Folltress akan terbuka di media massa mengingat betapa banyaknya orang yang sudah berada di dermaga ujung kota akibat berita yang baru saja tersebar.

Disaat orang yang berada diluar rencana sibuk mengurus dermaga ujung kota, Vee memanfaatkan keadaan untuk menangkap Folltress beserta dirinya di bandara Samanta hingga orang-orang yang tak terlibat tidak akan pernah tahu jika Vee pernah mengalami hal tersebut-untuk keamanan masa depan.

🗣(Vee atur posisi)

"Siap. Aku jalan." Vee menjawab dan segera, meninggalkan Yogi dan James yang saling menatap pandang. Sudah waktunya.

Suara Jeffry mendadak masuk ditelinga Vee melalui alat dengar canggih pemberian Yogi. Pria yang berstatus menjadi pemilik bandara Samanta adalah otak dari jalannya rencana, mengatur strategi dan tempat bersembunyi yang apik buat para peringkus kejahatan Negara.

Jefrry berada ditempat gedung paling tinggi, mengawasi dari kejauhan dengan mata terbuka lebar, sangat serius, biar bagaimanapun, ini semua tentang Leon.

Di sisi kanan, Team Alpha yang sudah bersiap dengan posisi sigap. Sedangkn di sisi kiri, banyak polisi dan berbagai aparat yang tak kalah sigap juga. Untuk posisi yang berlawanan dengan kehadiran Folltress, team AIA lah yang mengisi, tak tanggung, lebih dari 30 orang sudah berjaga-jaga disana.

Bagaimana peran Fernandez?

Jeffry tak habis pikir bagaimana ayahnya yang sudah tua itu mengenal para agen AIA Australia dan mampu membawa orang-orang penting itu ke Negara ini, jika dibandingkan dengan Jeffry, ia sungguh sangat malu mengingat tak bisa melakukan hal lebih daripada hanya sekedar mengawasi rencana, seperti pengecut.

Membawa teropong untuk mengintai sekitar, Jeffry menemukan Folltress membawa antek-antek 25 orang yang sudah turun dari pesawat, disana sudah berdiri Vee yang bersiap menerima barang terlarang.

Barang terlarang?

Berpuluh-puluh peti berisikan barang kebutuhan dasar elektronik KW sudah tergeletak dan berjejer, siap untuk dimiliki oleh Vee.

Ya, satu hal lagi yang tak bisa dipikir oleh akal sehat Jeffry. Vee mempertaruhkan hidupnya untuk mempermainkan Folltress. Menerima penawaran kerja sama dengan mengganti barang-barang kualitas rendah untuk membuat produk elektronik di pabrik dengan merk milik Vee. Jeffry juga baru tahu salah satu merk terkenal barang-barang kebutuhan game itu adalah milik Vee.

Disini Vee yang menabjubkan atau Jeffry yang ketinggalan jaman?

Entahlah.

Yang pasti, Jeffry merasa sangat ciut untuk keberanian Vee.
Disaat Folltress dan Vee sudah akan berjabat tangan, semua team penyergap untuk menyerbu dan menodongkan senjata.

"Angkat tangan." Salah satu orang berseru keras.

"Put your hands behind your head, interlock your fingers." Bisa dipastikan salah satu agen AIA yang mengatakan hal tersebut.

Vee yang berada disana lantas mengangkat tangannya dan membalik badan, di depannya sudah ada team Alpha yang mengelilingi satu kaptennya beserta petinggi aparat Negara.

"Tuan Vee Kanesh Bellamy, anda diduga bersekongkol dengan Folltress untuk memalsukan barang dagangan merk Vante. Mengganti produk asli menggunakan bahan dasar palsu. Dengan pasal yang ditetapkam, kami mendapat surat perintah untuk menahan anda. Silahkan ikut kami dan beri penjelasan."

Dengan begitu, Vee mengikuti kawanan petugas yang mengintrupsinya.

Sedangkan Folltress. Tua bangka itu sudah diseret oleh AIA dengan arah berlawanan dari Vee, otomasit keduanya terpisah oleh aparat masing-masing Negara.

Folltress sudah tidak heran juga jika ia tertangkap basah, karena ini bukan untuk pertama kalinya.

Bisa lolos?

Tentu saja.

Kerena uang berbicara.

Lalu? Bagaimana setelah ini.

Vee sudah memastikan jika Folltress tidak akan pernah keluar dari buih. Hal itu juga dipertegas oleh Fernandez yang siap pasang badan untuk memastikan hal itu terwujud.

Vee tersenyum, dalam sela berjalan mengikuti intruksi, pria itu merogoh ponsel, menghubungi seseorang. "Robert. Kau bisa keluar, dengan wujud aslimu. Kepura-puraan sudah berakhir. Maaf dan terimakasih."

📞(How about you?)

"Aku?" Vee tersenyum. "Aku hanya akan berpisah sebentar dengan anak-anakku, harga yang tak setimpal daripada kehilanhan Alenso. Maafkan aku."

Panggilan Vee tutup dengan sepihak. Di depan sana sudah ada Yogi, Kames, Jeffry beserta Fernandez.

"Kau benar-benar gila!!"

"Leon? Kau sudah menghubunginya?"

"Sudah, Rose juga."

James menangis, hal ini membuat pria itu nampak konyol, apa-apaan, wajahnya tak imut sama sekali, membuat Vee bergidik ngeri. "Jam."

"Jika kau berpikir aku menangis karenamau, maka jawabannya salah, aku menagis karena akan direpotkan Lily untuk waktu yang begitu lama sampai kau kembali bodoh."

Vee tersenyum setelah menepuk bahu James. "Terimakasih, tapi tolong, jangan jatuh cinta pada putriku."

Semua yang ada disana tertawa tanpa tahu jika Vee memendam rasa sedih yang sangat luar biasa. Bahkan bukan hanya Vee saja, nyatanya tangisan James adalah ulah dari temannya ini yang akan pergi beberapa saat lagi dan kembali jika kesepakatan sudah dijanali.

Tidak ada yang tahu nasib seseorang akan bagaimana dimasa depan.

Vee tidak pernah bermimpi akan berurusan dengan hal besar dan mengerikan seperti hari ini. Namun jika bukan karena ini, mungkin Leon yang saat ini sedang menuju untuk menemui Vee tidak akan merasa sesak di dada akibat menangis keras hanya karena kehilangan ayahnya, untuk kedua kali.





Sign,
Pee🍂

CUDDLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang