Dari perhitungan skala kebahagiaan yang tak terhingga, Rose kira ia adalah wanita yang sudah memperoleh perasaan itu disaat Vee berjanji tidak akan pernah meninggalkannya, bahkan kata-kata itu baru disampaikan oleh Vee beberapa hari yang lalu, tapi, nyatanya apa yang terjadi hari ini?Rose merasa bahagia mendengar nama mafia Folltress yang terlibat kejahatan sedang dibongkar boroknya dan terpampang di berita televisi disaat ia duduk di sofa bersama Lala di Ruang keluarga.
Rose juga merasa bahagia saat Lala tiba-tiba mengajak keluar dan tahu-tahu berita Folltress juga berada di billboard jalanan, membuat gempar oenjuri Indonesia.
Rose sekali lagi bahagia saat tahu-tahu Folltress sebentar lagi pasti akan mendekam di penjara beserta orang-orang yang terlibat kerja sama dengannya.
Artinya, Leon aman. Ya, Folltress hilang, Rose menduga jika anaknya yang selama ini disembunyikan dari khalayak umum akan aman.
Tapi.
Dunia Rose seakan hancur saat tubuhnya tiba di Bandara Samanta, mendapati Vee yang berkali-kali minta maaf, berkali-kali menjelaskan kenapa ia sampai menyembunyikan fakta jika semua yang baru saja dibahagiakan oleh Rose ada sangkut pautnya dengan pria itu.
Bagaimana Rose sampai tidak tahu?
Dan, sekali lagi Rose hancur mendengar Vee yang sebentar lagi tidak bisa berkumpul dengan keluarga, Vee berkata jika ia akan di penjara.
"Kamu sekongkol sama Folltress, Vee?" Rose tidak habis pikir, ia duduk sembari menangkup kepalanya sendiri, pening mendera begitu hebatnya. "Dan ini hasilnya?Sampai kamu harus dipenjara?"
"Tida..."
"Kalau begitu kenapa harus dipenjara!!!!" Bahkan Rose saat ini menyentak hebat Vee yang sedang bertumpu di depannya, air mata Rose tidak bisa dicegah untuk keluar. "Folltress orang berbahaya, bisa kamu kerja sama dengan orang itu. Bahkan Folltress juga bukan yang Leon coba bongkarbkedoknya, sampai Leon hampir terbunuh?"
"Dengarkan aku." Vee ingin Rose tenang, agar apa yang disampaikan bisa masuk telinga.
Vee tahu, ia salah, tahu juga jika semua yang dilakukan gegabah. Namun semua demi Leon. Demi kebahagiaan keluarganya di masa depan.
"Dengarkan aku, ya. Aku nggak bener-bener dipenjara. Oke." Vee berkata demikian membuat Rose seketika mendongak, Vee tersenyum menyambut Rose yang memandangnya penuh penasaran. "Aku cuma sembunyi, setidaknya satu tahun. Kamu tahu bukan Folltress itu orang yang bagaimana? Aku yang menjebak dia, pura-pura deal kerja sama. Aku sudah bersekongkol dengan aparat untuk meringkus Folltress, semua bukti sudah aku kumpulkan sedemikian rupa. Aku hanya perantara agar Folltress bisa ditahan, setidaknya tidak akan keluar lagi dari sana."
"Lalu."
"Aku belum selesai. Dengar." Vee megusap pipi Rose yang basah, mata wanita itu masih berkaca-kaca. "Aku bersembunyi agar Folltress beserta pro orang itu mengira aku juga dipenjera, dengan begitu, aku tidak akan dicurigai, setidaknya mereka sama sekali tidak tahu jika aku telah menjebaknya."
"Ya, Tuhan Vee. Kenapa kamu nggak cerita kepadaku?"
Lagi, Vee hanya tersenyum menanggapi protes yang Rose berikan. "Dengan aku memberitahumu, apa kamu setuju? Aku jamin tidak akan ada yang bisa berjalan lancar."
"Kamu kira aku perusak rencana? Penghambat?"
"Bukan begitu sayang. Ssst. Jangan keras-keras, ayo berbicara baik-baik sebelum petugas membawaku, ya. Setidaknya peluk aku."
Rose tanpa menunggu barang sedetikpun untuk memeluk Vee. Bagaimana bisa pria itu merencanakan hal gila sampai harus bersembunyi sebagai imbasnya.
Apa patut jika Rose kecewa?
KAMU SEDANG MEMBACA
CUDDLE
Romance"Waah, hadiah di pertemuan pertama dengan satu tamparan, bukankah ini keterlaluan," racau Vee. "Harusnya kau menciumku, atau bagaimana kalau kita di ranjang saja, bukankah kau ahli untuk urusan seperi itu, Nona Rose?" Rose tercekat bagai menelan dur...