Sore berganti malam, langit yang semula menguning pun jadi semakin temaram. Cahaya yang selalu diagungkan Dunia menghilang dalam sekejap mata. Seperti hatinya yang saat ini lara karena kebodohannya.
Jika ditanya kenapa-penyesalan-selalu datang diakhir. Maka, satu suku kata itu tidak akan pernah terlahir. Seperti Vee, bermodal otak dangkal, mengambil keputusan tanpa akal.
Lalu, apa yang dilakukan pria itu?
Apakah usahanya sudah mencapai titik temu?
Jawabannya belum sepenuhnya. Nyatanya pria itu saat ini hanya mengumpat dengan sumpah serapahnya. Keabsahan yang baru saja dilempar tepat di depannya memberikan efek yang membuatnya seakan mati rasa. Perasaan benci yang selama ini ditumbuhkan dengan subur membawa mala petaka yang semakin mempertlihatkan sisi idiotnya.
Tepat di depan matanya, tampilan layar display laptop mempertontonkan video yang didapatkannya delapan tahun yang lalu, dimana rekaman gambar hidup itu lah yang kontan menghancurkan Vee dalam sekali putar.
Bagian pentingnya, setelah sampai di tempat John Jaeko, pria bernama James hampir lupa untuk menunjukkan sesuatu yang tempo hari sudah dipesan oleh sahabatnya.
Dengan kepintaran yang dia miliki, James tengah mampu membongkar ketidak aslian konten yang ada di rekaman Video itu-rekayasa yang sangat mulus yang berhasil membekuk akal sehat seorang Vee Kanesh Bellamy.
"Brengsek!" Seakan tidak cukup hanya untuk mengumpat. Vee dengan emosi yang meletup-letup membanting benda elektronik itu tanpa ampun. Mengenaskan hingga hancur lebur.
James yang melihat hanya mampu menghela napas. Pria berbadan lebih mungil dari Vee itu sudah sangat tahu kisah percintaan sahabatnya.
Tapi tidak tahu jika ada hal seperti itu. Salahkan Vee yang saat dulu enggan berbicara dan memilih untuk membisu tentang permasalahannya, hingga James tak bisa berbuat apa-apa untuk membantunya.
Sekarang, biar Vee tahu rasa apa arti dari sengsara.
Tanpa ada yang tahu. Dulu, Yogi sebagai sepupu Vee juga menawarkan bantuan mengingat dia satu-satunya orang yang tahu permasalahan. "Bicara sepatah kata. Akan kutembak kepalamu." Bukannya membuka tangan dengan lebar, Vee menyodorkan pistol bentuk penolakan dan ancaman. Hingga akhirnya, Yogi hanya diam dan memilih untuk enggan sampai sekarang.
Sedangkan Jaeko masih menganggap semua sebagai delusi yang tak mampu untuk ditembusi. Pria Aditama itu sulit untuk menerima situasi yang baru diketahui. Mengingat kembali bagaimana kehidupan seseorang yang sudah dianggap kakaknya sendiri menggugah hatinya untuk ikut merasakan nyeri. Tidak pernah dalam benak pria itu jika Vee mengalami masa sulit yang membelit sampai saat ini.
"Kupastikan siapapun orang itu, tidak akan ku biarkan untuk menghirup udara lagi," ucapnya dengan netra yang masih mengintimidasi benda berserakan dibawahnya.
"Lalu, darimana kau dapatkan flash disk itu, Vee?" Pertanyaan James cukup membuat Vee mengingat kembali bagaimana benda mini itu berada ditangannya.
"Sialan! Aku dijebak, benda itu ada di dalam ranselku."
"Oke. Tenanglah, Bang. Kita bisa mengurusnya lain kali." Kali ini Jaeko mencoba menengahi dengan kesopanan mengingat situasi sedang menegang dan butuh solusi, karena tujuan utama mereka kesini adalah mengenai CCTV yang belum terjamah walau se inci.
KAMU SEDANG MEMBACA
CUDDLE
Romance"Waah, hadiah di pertemuan pertama dengan satu tamparan, bukankah ini keterlaluan," racau Vee. "Harusnya kau menciumku, atau bagaimana kalau kita di ranjang saja, bukankah kau ahli untuk urusan seperi itu, Nona Rose?" Rose tercekat bagai menelan dur...